Sabtu, 18 Mei 2013

CERPEN SUNGAI KEDURANG


                Suasana duka masih menyelimuti keluarga Pak Bambang. Tentunya hal ini merupakan sebuah cobaan yang begitu berat baginya. Hingga sekarang jenazah istri dan anaknya belum juga ditemukan. Perisriwa hanyutnya Mina dan anak semata wayangnya memang sangat menghebohkan masyarakat kedurang. Derasnya arus sungai kedurang dimusim penghujan ditahun itu menelan banyak korban. Tidak hanya keluarga Pak bambang, tapi sebulan yang lalu sempat terdengar warga lainnya yang juga ditelan derasnya arus sungai itu. akan tetapi jenazah bisa ditemukan dalam waktu dekat. Memang warga sekitar berpersepsi bahwa sungai tersebut selalu meminta korban setiap tahun.
            Pencarian terus dilakukan. Tim Sar dan para anggota masyarakat lainnya terus menelusuri sungai itu. Tapi apa hendak dikata, jenazah tetap belum ditemukan. Tragedi ini memang membuat geger warga setempat. Tim Sar pun sempat putus asa mencari korban sebab usaha demi usaha telah dilakukan tapi jenazah pun tetap belum ditemukan. Munif, keponakan Pak Bambang juga ikut berusaha membantu menangani hal ini. Berbagai para normal telah ditemui. Mereka pun memiliki opini yang berbeda. Ada yang mengatakan jenazah telah jauh dibawa arus, sebagian lagi mengatakan bahwa jenazah masih berada disekitar sungai itu.
            Hari silih barganti, tak terasa sudah hampir seminggu Pak Bambang kehilangan anak dan istrinya. Akan tetapi, pencarian pun belum dihentikan. Pak Bambang masih mengharapkan anak dan isterinya itu dapat ditemukan meski hanya berupa sebuah mayat atau jenazah, setidaknya hal itu akan sedikit membuatnya legah.
            Suatu hari, masyarakat dihebohkan oleh sebuah kabar gembira yaitu Tim Sar telah berhasil menemukan jenazah Wati. Tim Sar dan para anggota masyarakat yang melakukan pencarian itu berhasil menemukan jenazah Wati tengah terbaring di semak-semak pinggiran sungai. Setelah jenazah dibawa ke rumah duka, para pelayat pun tek hentinya berkunjung. Keramaian tengah menyelimuti rumah Pak Bambang. Suasana haru dan isak tangis pun menggemah di ruang tamu yang sederhana itu.  sementara Pak Bambang hanya terbaring lemah di pojok ruangan itu raut wajahnya terlihat sedih, air matanya becucuran seraya merintih melihat anak semata wayangnya telah terbaring dengan tubuh yang telah membusuk. Para pelayat juga bergantian masuk ke dalam ruangan yang sederhana itu. rumah sederhana Pak Bambang diselimuti dengan isak tangis yang tak kunjung henti.
            Akhir-akhir ini Pak Bambang sering terlihat murung dan suka menyendiri. Semenjak jenazah Wati dimakamkan dia terlihat kaku dan cemas. Sementara itu, anggota masyarakat dan Tim Sar pun masih melakukan pencarian terhadap jenazah Mina. Hal ini tentunya akan menjadi traumatik yang mendalam baginya. Cobaan ini sungguh cobaan yang berat. Rasa sedih, duka, dan haru masih menyelimuti desa itu. para kerabat dan keluarga Pak Bambang terus memberikan semangat hidup padanya bahwa apapun yang terjadi dalam hidup ini tapi hidup kita harus tetap berlanjut. Akan tetapi, nasihat-nasihat itu belum bisa diterima olehnya, sebab rasa trauma itu masih dialaminya dan tentunya hal ini akan sulit untuk dilupakan.
            Hari terus berganti, tak terasa sudah hampir dua minggu jenazah mina belum juga ditemukan. Sementara itu keadaan Pak Bambang semakin memburuk. Badannya terlihat semakin mengurus dan diapun sering jatuh sakit. Munif sangat mengkhawatirkan kondisi pamannya. Berbagai cara telah Ia lakukan untuk memotivasi pamannya. sore itu, munif mendengar sebuah teriakan di ruang tamu, sepertinya ia mengenal suara itu. ya… itu suara paman, gumamnya dalam hati. Segera ia beranjak menuju ruang tamu itu. Dilihatnya raut sedih di wajah pamannya. sedangkan Pak Sulaiman hanya terdiam.
“ Mina masih hidup!” teriak Pak Bambang.
“kamu harus mengikhlaskannya, Mina telah tiada.” Jawab Pak Sulaiman.
Pak Bambang hanya merintih mendengar kata-kata yang dilontarkan oleh Pak Sulaiman. Air matanya kembali bercucuran seakan-akan hidup ini tiada artinya lagi baginya. Pak Sulaiman hanya terdiam, suasana hatinya juga begitu perih sebab walau bagaimanapun juga Mina adalah adik kandungnya. Tapi dia selalu berusaha untuk mengikhlaskan semua itu.
            Pagi itu Munif sedang berbincang dengan Pak Sulaiman. Tiba-tiba obrolan keduanya terhentikan karena kedatangan seorang lelaki yang merupakan anggota Tim sar.
“Pagi Pak?” sapa lelaki itu.
“Pagi Nak” sahut Pak Sulaiman.
‘Maaf  Pak mengganggu, saya dari Tim Sar ingin berbicara mengenai pencarian jenazah Mina.”
“Emangnya ada apa nak? Jenazahnya sudah ditemukan ya? Jawab Pak Sulaiman.
“Belum Pak, oleh karena itu kami telah memutuskan untuk menghentikan pencarian ini.”
Alangkah kagetnya hati Pak Sulaiman mendengar kata-kata yang dilontarkan lelaki itu. Dia merasa bingung, Pak Bambang pasti akan merasa kecewa jika mengetahui hal ini. Di samping itu, Pak Sulaiman telah berusaha keras agar Tim Sar dapat meneruskan pencarian itu. tapi sayangnya, permohonan itu ditolak mentah-mentah. Hatinya merasa lesu, kecewa, dan sedih yang menyatu.
“Apakah aku harus memberitahu semua ini pada Bambang? Akankah dia sanggup menerima semua ini? Aku benar-benar bingung, tapi akan lebih baik kalaun aku merahasiakan semua ini dari bambang,biarkan sajalah dia mengetahuinya sendiri. Lagipula, dia pasti akan berlarut-larut dalam kekecewaan dan kesedihan jika aku memberitahunya. Ya…. Biarkan sajalah dia mengetahui hal ini sendiri. Semoga saja ini adalah jalan yang terbaik. Gumamnya dalam hati. Pak Bambang sangat berharap akan menerima kabar baik dari Tim Sar yakni bahwa Mereka telah berhasil menemukan isterinya dalam keadaan bernyawa. Harapan itu tak kunjung pergi darinya. Hingga sekarang Ia masih menganggap bahwa isteri tercintanya itu masih hidup. Akan tatapi sayangnya kabar yang ia nantikan itu tak kunjung datang. Kerinduannya terhadap Mina semakin menggebu, tapi disisi lain kekhawatiran pun juga tak kunjung pergi.
            Siang itu, Pak Sulaiman dikagetkan oleh deringan telepon genggamnya. Tiba-tiba dilihatnya lima panggilan tak terjawab di layar telepon genggam itu. namun tak lama kemudian, didengarnya telepon genggam itu kembali berdering. Dilihatnya nama anton di layar itu,
“ Ada apa Ton?” Tanya pak sulaiman.
“ Pak, apakah jenazah Bibi sudah ditemukan?”
“Belum, nak”. Jawab pak Sulaiman.
“Pak,  tadi pagi Anton baca Koran,  ada seorang nelayan menemukan mayat seorang perempuan di pesisir pulau pisang, dan menurut Anton jenazah itu adalah Bibi Mina, sebab ciri-ciri jenazah itu sangat mirip dengan Bibi Mina. Tapi saya juga tidak bisa memastikan karena jenazah sudah dalam keadaan yang sangat memprihatinkan, tubuhnya sudah membusuk.”
“Apakah anton mengetahui ciri lain dari jenazah itu?”
“ Oh… ya Pak, Dia menggunakan baju merah serta terdapat juga cincin di jari kirinya.”
Betapa kagetnya hati Pak Sulaiman mendengar ucapan anaknya itu sebab ciri-ciri yang dikemukakan Anton sangatlah tepat dengan apa yang digunakan Mina sebelum Ia di bawah arus deras itu. cincin yang dipakai Mina adalah Cincin yang dibeli oleh Pak bambang beberapa bulan yang lalu. Isak tangis kembali terdengar, mendengar informasi itu kerabat keluarga pak Bambang sangatlah terkejut. Rasa duka yang mendalam memang sulit dilupakan oleh pihak keluarga. Aplagi semasa hidupnya Mina dikenal dengan perempuan yang berperangai baik dan mudah bergaul. Sebaliknya pak bambang hanya terdiam seakan-akan tidak percaya akan hal itu.
Itu pasti bukan mina. Saya yakin mina masih hidup, dia tidak mungkin meninggalkan aku. Tidak….! Tidak mungkin...! Itu pasti bukan Mina.” Hati kecilnya berusaha untuk tidak menerima kenyataan itu. Beberapa saat kemudian, Pak sulaiman kembali menelpon Anton agar mengurus pembawaan jenazah ke kedurang. Anton menyetujui hal itu, sebab hati kecilnya juga sangat yakin bahwa perempuan itu adalah Bibinya.
            Di siang itu, Anton segera beranjak untuk menemui jenazah bibinya itu. alangkah kaget nya hati anton bahwa setiba di sana ternyata jenazah tersebut telah dikubur oleh masyarakat setempat. Nelayan itu mengatakan bahwa warga di sana tidak ada yang mengenal korban dan hingga ditemukannya jenazah itu juga tidak terdapat pihak keluarga yang menemui warga. Dari pernyataan itu, Anton semakin yakin bahwa jenazah itu ada;lah Bibinya. Pak Sulaiman terkejut mendengar pernyataan Anton di telepon itu sebab Anton telah menceritakan semua peristiwa  tersebut. Akan tetapi, dengan tegas Pak sulaiman meminta agar Anton menggali kembali kuburan Mina agar dapat dibawa pulang ke Rumah duka. Anton pun mengikuti keinginan ayahnya sebab sebenarnya dia juga sangat setuju dengan pendapat sang Ayah meski hal itu tidak mudah untuk dilakukan. Akhirnya, dengan bantuan masyarakat sekitar Anton berhasil mengambil Jenaza Mina.
            Suasana duka kembali terulang. Rumah sederhana itu kembali dikerumuni oleh para pelayat. Isak tangis pun terdengar di sekeliling rumah itu. Kali ini Pak Bambang terlihat berbeda dari sebelumnya, teriakan tangisnya seakan-akan memecahkan ruangan itu. mungkin dia sudah menyadari bahwa sang isteri dan anak tercintanya itu memang benar-benar telah tiada. Tak lama kemudian terlihat sebuah Ambulance berhenti di depan rumah Pak Bambang. Tidak salah lagi, Mobil itu adalah ambulance yang membawa mayat Mina dari pulau pisang. Isak tangis pun semakin terdengar saat jenazah diturunkan dari ambulance itu. Pak Bambang terlihat sangat terpukul dan raut wajahnya mengundang rasa simpati para pelayat yang masuk bergantian.
            Pagi itu, wajah pak bambang terlihat murung. Ya… memang sudah jalas, Ia telah menyadari bahwa dirinya telah kehilangan orang-orang yang ia sayangi di awal tahun ini. Rasa penasarannya pun sudah terobati oleh fakta-fakta yang ada. Bukti telah jelas. Dia hanya bisa termenung seraya menangis dan meratapi kepergian isteri dan anaknya yang tersayang itu. semenjak peristiwa ini, Pak Bambang jarang keluar rumah. Ia lebih suka mengurung diri di dalam rumah. Hingga suatu ketika warga sekitar kembali dihebohkan oleh berita buruk, yakni Munif menemukan pamannya itu telah tergantung di ruang tamu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar