Jumat, 12 Juni 2015

Sastra Bandingan (Febi Junaidi Universitas Bengkulu)



PERBANDINGAN CERPEN
AYAH YANG TAK SEMPURNA
Karya: Putri Rahmawati
&
TUHAN, BOLEHKAH AKU DILAHIRKAN KEMBALI ?
Karya: Haniswita
(SUATU TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA)



unib warna.jpg


OLEH:
Febi Junaidi
A1A010076

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2012

KATA PENGANTAR
            Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan proposal penelitian yang berjudul “perbandingan cerpen ayah yang tak sempurna (karya: putri rahmawati) dantuhan, bolehkah aku dilahirkan kembali ? (karya: haniswita) (suatu tinjauan psikologi sastra) ” ini.
Penulis menyadari bahwa di dalam pembuatan makalah ini tidak terlepas dari tuntunan Tuhan Yang Maha Esa dan juga bantuan berbagai pihak. untuk itu, dalam kesempatan ini penulis menghaturkan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada  Bapak Bustannudin Lubis yang selalu memberikan dorongan dan  bantuan baik saran, moral, serta teman-teman seperjuangan atas sumbangan pikiran yang bersifat positif terhadap selesainya makalah ini.
Penulis menyadari, bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, penulis telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga makalah  ini dapat diselesaikan. Oleh karena itu, kritik dan saran para pembaca sangatlah kami harapkan demi penyempurnaan makalah  ini kedepanya.
            Akhir kata, penulis minta maaf atas segala kesalahan dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.
Bengkulu,  November  2012

             Penulis


                                                                                        


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
            Kelahiran suatu karya sastra tidak dapat dipisahkan dari keberadaan karya-karya sastra yang mendahuluinya, yang pernah diserap oleh sastrawan. Pada mulanya, dalam menciptakan karyanya seorang sastrawan tersebut melihat, meresapi, dan menyerap teks-teks lain yang menarik perhatiannya baik secara sadar atau tidak. Berlatar dari pernyataan inilah sastra bandingan perlu dikaji adanya.
            Sebagai suatu aliran, kajian sastra bandingan terlihat belum begitu populer di kancah ilmiah masyarakat Indonesia. Perbandingan merupakan salah satu metode yang juga digunakan dalam penelitian. Dengan demikian, uraian yang digunakan dalam sastra bandingan tentunya bersandar pada dasar banding-membandingkan.
            Sastra Bandingan dalam kajian umum serta dalam kaitannya dengan sejarah ataupun yang lainnya adalah merupakan bagian dari sastra. Sastra sebagai bagian dari kebudayaan, ditentukan antara lain oleh geografi dan sumber daya alam yang dapat menyusun suatu masyarakat dan menentukan tata nilai. Dalam karya sastra semua hal tersebut ditanggapi secara kreatif, sehingga suatu karya sastra perlu dibanding-bandingkan agar mendapatkan gambaran yang lebih jelas mengenai persamaan dan perbedaan diberbagai budaya.

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1.      Apa tema dari cerpen ayah yang tak sempurna karya: putri rahmawati dan tuhan, bolehkah aku dilahirkan kembali karya: haniswita?
2.      Bagaimana perbandingan kedua karya sastra di atas ditinjau dari segi psikologi?
C.    Tujuan
1.       Untuk mengetahui tama cerpen Ayah yang tak sempurna karya Putri Rahmawati dan cerpen Tuhan, bolehkah aku dilahirkan kembali karya haniswita.
2.      Untuk membandingkan kedua cerp[en di atas berdasarkan pendekatan psikologi sastra

BAB II
LANDASAN TEORI

A.    Pengertian Sastra Bandingan
            Sastra bandingan adalah sebuah studi teks across cultural. Studi ini merupakan upaya interdisipliner, yakni lebih banyak memperhatikan hubungan sastra menurut aspek waktu dan tempat. Dari aspek waktu, sastra bandingan dapat membandingkan dua atau lebih periode yang berbeda. Sedangkan konteks tempat, akan mengikat sastra bandingan menurut wilayah geografis sastra (Endraswara, 2011:128).
            Sastra perbandingan adalah wilayah keilmuan sastra yang mempelajari keterkaitan antar sastra dan perbandingan sastra dengan bidang lain. Jalin-menjalin antar karya sastra sangat dimungkinkan, karena setiap pengarang menjadi bagian dari penulis lain (Endraswara, 2011:128-129).
            Menurut kamus istilah sastra, sastra bandingan diartikan sebagai telaah dan analisis terhadap kesamaan dan pertalian karya sastra berbagai bahasa dan bangsa. Telaah bandingan sastra ini khususnya dalam sastra Indonesia relatif baru (Zaidan, Abdul Rozak, Anita K. Rustapa, dan Hani’ah, 2007: 181).
            Sastra bandingan merupakan kegiatan membandingkan sastra sebuah negara dengan sastra negara lain atau membandingkan sastra dengan bidang lain sebagai keseluruhan ungkapan kehidupan (Endraswara, 2011:10).
            Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa sastra bandingan adalah suatu kegiatan membandingkan dua karya sastra atau lebih mengenai persamaan dan perbedaan karya sastra tersebut.

B.     Pengertian cerita pendek
            Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI disana dijelaskan kalau Cerpen adalah kisahan pendek (kurang dari 10.000 kata) yang memberikan kesan tunggal yang dominan dan memusatkan diri pada satu tokoh dalam satu situasi. Sedangkan menurut Susanto dalam Tarigan (1984 : 176), cerita pendek adalah cerita yang panjangnya sekitar 5000 kata atau kira-kira 17 halaman kuarto spasi rangkap yang terpusat dan lengkap pada dirinya sendiri. Sumardjo dan Saini (1997 : 37) mengatakan bahwa cerita pendek adalah cerita atau parasi (bukan analisis argumentatif) yang fiktif (tidak benar-benar terjadi tetapi dapat terjadi dimana saja dan kapan saja, serta relatif pendek).
            Dari beberapa pendapat di dapat saya simpulkan bahwa cerita pendek merupakan suatu karangan fiksi yang hanya mengandung satu konflik.

C.    Pengertian pendekatan psikologi sastra
            Pendekatan adalah salah sau prinsip dasar yang digunakan sebagai alat untuk mengapresiasi karya sastra, salah satunya ialah ditentukan oleh tujuan dan pa yang hendak ditentukan lewat teks sastra, pembaca dapat menggunakan beberapa pendekatan, salah satunya adalah pendekatan psikologis. Semi (1993:76) menyatakan pendekatan psikologi sastra adalah pendekatan yang bertolak dari asumsi bahwa karya sastra selalu membahas tentang kehidupan manusia yang senantiasa memperlihatkan perilaku yang beragam. Apresiasai sastra menggunakan pendekatan psikologi sastra pada mulanya diperkenalkan di Barat oleh L.A Richard, dan di Indonesia pertama kali dilakukan oleh M.S Hutahulung, Boen S. Oemarjati, dan Made Mukada.

            Budi Utama (2004:138)_ mengemukakah tiga alasan psikologi sastra masuk dalam kajian sastra adalah sebagai berikut (1) mengetahui perilaku dan motivasi para tokoh dalam karya sastra. Langsung atau tidak langsung, perilaku dan motivasi para tokoh nampak juga dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian dalam kehidupan sehari-hari mungkin kita juga bertemu dengan orang-orang yang perilaku dan motivasinya mirip dengan perilaku dan motivasi para t tokoh dalam karya sastra, (2) mengetahui perilaku dan motivasi pengarang, dan (3) mengetahui reaksi psikologi pembaca.

            Karya sastra merupakan hasil ungkapan jiwa seorang pengaran yang di dalamnya melukiskan suasana kejiwaan pengarang,baik suasana pikit maupun emosi. Roekan (dalam aminudin 1990:91). Psikologi sastra memandang bahwa karya sastra merupakan hasil kreativitas pengarang yang menggunakan media bahasa dan diababdikan untuk kepentingan estetik.

            Melalui bagan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa sebagai manusia yang hidup berdampingan dengan manusia lain dan pengarang banyak melakukan pengamatan dengan manusia-manusia lain di sekitarnya, seperti yang dikemukakan oleh Freud, manusia sebagai sistem yang kompleks memiliki energi untuk berbagai tujuan seperti bernafas, bergerak, mengamati, dan mengingat. Mereka mempunyai kepekaan tinggi sehingga mereka mampu menangkap suassana batin manusia lain yang paling dalam.

D.    Unsur-unsur  Cerita Pendek
a. unsur instrinsik
 Dalam cerita pendek terkandung unsur-unsur intrinsik yaitu :
  • Tema, yaitu pokok gagasan menjadi dasar pengembangan cerita pendek. Tema suatu cerita mensegala persoalan, baik itu berupa masalah kemanusiaan, kekuasaan, kasih sayang, kecemburuan dan sebagainya. Untuk mengetahui tema suatu cerita, diperlukan apresiasi menyeluruh terhadap berbagai unsur karangan itu. Bisa saja temanya itu dititipkan pada unsur penokohan, alur, ataupun pada latar.
  • Plot atau alur, yaitu rangkaian peristiwa yang direka dan dijalin dengan seksama sehingga menggerakkan jalan cerita melalui perkenalan klimaks dan penyelesaian.
  • Penokohan dan perwatakan yaitu cerita pengarang menggambarkan dan mengembangkan watak para pelaku yang terdapat di dalam karyanya.
  • Seting atau latar yaitu tempat dan waktu terjadinya cerita. Latar ini berguna untuk memperkuat tema, menuntun watak tokoh, dan membangun suasana cerita. Latar terdiri atas latar tempat, waktu dan sosial.
  • Sudut pandang yaitu posisi pengarang dalam membawakan cerita.
  • Amanat, yaitu pesan yang ingin disampaikan pengarang melalui karyanya kepada pembaca atau pendengar. Pesan bisa berupa harapan, nasehat, kritik dan sebagainya.
            b. Unsur Ekstrinsik Cerpen
            Unsur ekstrinsik Cerpen adalah unsur-unsur yang berada di luar karya sastra, tetapi secara tidak langsung mempengaruhi bangunan atau sistem organisme karya sastra. Unsur ekstrinsik meliputi:
  • Nilai-nilai dalam cerita (agama, budaya, politik, ekonomi)
  • Latar belakang kehidupan pengarang
  • Situasi sosial ketika cerita itu diciptakan

E.     Ciri-ciri cerita Pendek
Cerita pendek menurut pendapat Sumarjo dan Saini (1997 : 36) sebagai berikut.
  • Ceritanya pendek ;
  • Bersifat rekaan (fiction) ;
  • Bersifat naratif 
  • Memiliki kesan tunggal.
Pendapat lain mengenai ciri-ciri cerita pendek di kemukakan pula oleh Lubis dalam Tarigan (1985 : 177) sebagai berikut.
  • Cerita Pendek harus mengandung interprestasi pengarang tentang konsepsinya mengenai kehidupan, baik secara langsung maupun tidak langsung.
  • Dalam sebuah cerita pendek sebuah insiden yang terutama menguasai jalan cerita.
  • Cerita pendek harus mempunyai seorang yang menjadi pelaku atau tokoh utama.
  • Cerita pendek harus satu efek atau kesan yang menarik.
Berdasarkan pendapat di atas dapat saya simpulkan bahwa cerpen itu memiliki cirri-ciri sebagai berikut:
·         Ceritanya pendek
·         Hanya mengandung satu konflik
·         Bersifat naratif
·         Hanya terdapatsatu tokoh utama
·         Bahasanya menarik




BAB III
PEMBAHASAN

A.    Tema
            Kedua cerpen ini memiliki tema yang sama yaitu mengenai  sosial dalam hal ini mengenai “ Konflik suatu Keluarga” . kedua cerpen ini secara universal memiliki kesamaan. Pada cerpen “Ayah Yang Tak Sempurna” menggambarkan bagaimana kehidupan suatu keluarga yang ditinggalkan oleh sosok seorang ayah. Akan tetapi meski tanpa seorang ayah keluarga tersebut tetap menjadi sebuah keluarga yang baik dan kehidupan keluarga pun berjalan dengan lancar. Hal ini tentunya berkat kerja keras seorang ibu yang dengan semangat mencari nafkah untuk anaknya hingga anaknya dewasa. Di samping itu, anak-anaknya pun menjadi anak-anak yang mandiri. Hal ini dapat kita lihat pada kutipan berikut.

Ya dia istriku, seorang istri yang berhati besar, yang bisa mendampingi anak-anakku tumbuh dewasa dan mandiri. Entah bagaimana caranya dia bisa membiayai anak-anakku hingga seperti sekarang. Tak hanya itu, istriku selalu mengajarkan anak-anakku kasih sayang, kelembutan, dan kedewasaan. semua itu membuat anak-anakku begitu menyayanginya, mungkin itulah yang menjadi harta paling berharga bagi mereka “saling memiliki”.

Istriku tak pernah mengeluh sedikitpun meskipun hidupnya tak mudah!! sama sekali tak mudah!! aku tau itu. Mungkin hatinya sakit, sedih, pilu, bingung, karna aku tinggalkan. Tapi semua itu tak pernah dia tampakkan sedikitpun di hadapan anak-anakku.

            Selain itu, pada cerpen “Tuhan Bolehka Aku dilahirkan kembali ini” juga menggambarkan suatu permasalahan dalam kehidupan keluarga. Hal ini bisa kita lihat pada kutipan berikut ini:
“Nurani ku berontak membaca kata-kata yang penuh kebohongan itu. Ku buang kertas itu dan kali ini aku tak ingin lagi mengarang. Dengan cepat ku tulis ‘BERBULAN-BULAN AKU HIDUP DI TENGAH KELUARGA YANG PENUH KEKACAUAN.DAN KINI AKU MERINDUKAN KELUARGAKU WALAU AKU MEMBENCINYA.’
“Belum saatnya aku menjadi seorang pengarang,”desisku pelan dan menyerahkan karangan singkat itu kepada Bu Reno.”

B.     Perbandingan tokoh ibu pada cerpen ayah yang tak sempurna dan tokoh Alice pada cerpen tuhan, bolehkah aku dilahirkan kembali ditinjau dari psikologi sastra

            Di atas telah dijelaskan bahwa kedua cerpen ini memiliki tema yang sama. Hanya saja, dalam cerpen “Ayah Yang Tak Sempurna” itu, perbuatan sang ayah berimplikasi terhadap semua anggota keluarga. Jadi, pengarang melukiskan bagaimana perjalanan kehidupan suatu keluarga yang tetap berjalan dengan lancar walau tanpa kehadiran seorang ayah selaku tulang punggung suatu keluarga. Namun demikian, secara psikologis tokoh “ibu” dalam cerpen ini tentunya mengalami gonjangan batinyang luar biasa yakni bagaimana dia harus melewati berbagai tantangan dalam menafkahi anak-anaknya agar dapat bertahan hidup. Sebab dalam konteks ini tokoh “ibu” sebenarnya juga telah menggantikan peran atau kedudukan seorang Ayah. Tekanan-tekanan batin yang dialami oleh seorang ibu dalam cerpen ini dapat dilihat pada kutipan berikut:


Istriku tak pernah mengeluh sedikitpun meskipun hidupnya tak mudah!! sama sekali tak mudah!! aku tau itu. Mungkin hatinya sakit, sedih, pilu, bingung, karna aku tinggalkan. Tapi semua itu tak pernah dia tampakkan sedikitpun di hadapan anak-anakku.

Dan ketika aku bertemu istriku tidak ada amarah sedikitpun di hatinya. Baktinya terhadapku sebagai suaminya tak berkurang sedikitpun bahkan bertambah. Tak pernah dia membahas salahku padanya selama ini, meskipun sebenarnya aku tau hatinya amat sakit selama ini. Itulah hebatnya dia hanya kepada Alloh dia menceritakan keluh kesahnya, sakit hatinya, dan semua masalah hidupnya, karena dia tau hanya Alloh yang bisa membantunya, apapun perantaranya. Mungkin kata maaf ini tidak akan cukup untuk bisa menyembuhkan luka hatimu selama ini istriku. Dia wanita paling sempurna yang pernah ku kenal. Ku ucap syukur kepadamu ya Alloh, telah kau bentuk keluargaku sedemikian indah selama kepergianku.

            Dari kutipan-kutipan di atas sebenarnya dapat kita interpretasikan bahwa sesungguhnya batintokoh :ibu: tersebut juga sangatlah tersiksa tanpa kehadiran sosok suamiyang sangat ia cintai akan tetapi tokoh ini mampu unutk tidak menampakkan gejolak batin tersebut kepada anak-anaknya sehingga anak-anaknya pun tumbuh menjadi anak yang mandiri.
           
            Sedangkan pada  cerpen “Tuhan Bolehkah Aku Dilahirkan Kembali” penulis mendeskripsikan bagaimana kehidupan seorang anak yang kian memburuk sebagai akibat dari perbuatan kedua orang tuanya. Dalam cerpen ini dijelaskan bagaimana perjalanan kehidupan  seorang gadis, yakni tokoh Alice yang begitu kesepian dan begitu tertekan akibat perceraian kedua orang tuanya. Hingga suatu saat dia terjerumus dalam kehidupan yang salah yakni pindah keyakinan dan menjadi seorang pecandu narkotika. Hal ini bermula ketika dia menceritakan segala konflik kelurganya kepada teman sekelasnya yaitu Lucas. Hal ini dapat kita lihat dari kutipan berikut:

Hari-hariku berjalan dengan kesunyian. Pagi yang biasanya hangat dengan gurauan mama dan papa, kini terasa hambar ketika yang ku temui seorang ibu yang sibuk dengan laptopnya tanpa mempedulikan kehadiran anaknya. Setiap pagi selalu sarapan dan berangkat seorang diri. Terkadang ketika aku berpapasan dengan mereka yang diantar oleh ayah ataupun ibunya, tak tertahan rasanya membendung air mata ini. Sungguh aku sangat merindukan kehidupan seperti mereka.”
                
Tanpa ku sadari, Lucas membaca tulisanku. Dengan nada prihatin, ia menanyaiku dengan berbagai pertanyaan. Dengan rasa malu bercampur takut, ku jawab pertanyaannya satu persatu.Tanpa ku sadari aku telah menuturkan semua kisah pahitku kepada pemuda Kristen itu.“Tenang Alice. Aku tak akan menceritakan kepada orang lain. Aku hanya ingin membantumu. Pakailah ini untuk menenangkan dirimu!” tuturnya sambil meletakan sebuah bungkusan berisi serbuk-serbuk putih ke dalam genggamanku.

            Dari kutipan-kutipan di atas nampaklah bahwa tokoh “alice” pada cerpen “Tuhan, bolehkah aku dilahirkan kembali ini memilki tekanan batin dalam hidupnya. Sebab dia tidak menerima kenyataan pahit yang menerpa hidupnya. Dia sangat mengidamkan suatu keluarga yang utuh dan harmonis, bukan seperti keadaan yang sedang terjadi dalam keluarganya.

            Di samaping itu, pada cerpen “Ayah Yang Tak Sempurna” tersebut penulis tidak menjelaskan secara komprehensif hal yang melatarbelakangi kepergian sosok seorang Ayah  dari kelurga itu. Sedangkan pada cerpen “Tuhan Bolehkah Aku Dilahirkan Kembali”, penulis menceritakan hubungan clausalitas antar konflik yang diceritakan. Jadi, berdasarkan uraian di atas jelaslah bahwa kedua cerpen tersebut memiliki aspek kesamaan dan perbedaan.


















BAB IV
PENUTUP
A.    Kesimpulan
            Kedua cerpen ini mendeskripsikan bagaimana suatu gejolak batin yang dialami oleh seseorang atas berbagai permasalahan yang ada di dalam suatu keluarga.
Kedua cerpen sebenarnya mengandung suatu pembelajaran yang begitu bermanfaat bagi para pembaca yakni bagaimana cara kita mengahadapi berbagai permasalahan dalam kehidupan sehingga kita bisa mengambil suatu keputusan yang tepat disetiap permasalahan yang ada.

B.     Saran
            Sebagai penikmat karya sastra, penulis berharap hendaknya para pembaca tidak hanya sekedar membaca sebagai aktivitas pengisi waktu luang. Akan tetapi kita perlu mencermati nilai-nilai yang terkandung dalam cerpen tersebut sehingga pengalaman, wawasan, atau pembelajaran yang kita peroleh akan menjadi suatu skemata baru bagi kita yang nantinya dapat kita implementasikan dalam kehidupan bermasyarakat.










 DAFTAR PUSTAKA

A.      Sayuti, Suminto. 2000. Berkenalan dengan Prosa Fiksi. Yogyakarta: Gama Media.
Chanafiah, Yayah. 2002. Penelitian Sastra. Bengkulu: Universitas Bengkulu
Endraswara, Suwardi . 2003. Metodelogi Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Widyatama.
Kuntjara, Esther. 2006. Penelitian Kebudayaan. Jakarta: Graha Ilmu.
Lubis, Bustanuddin. 2008. Sastra Bandingan. Bengkulu: Universitas Bengkulu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar