Senin, 16 September 2013

Essay Kebahasaan


Bahasa Indonesia Dalam Paradigma Masyarakat Indonesia
            Bahasa adalah salah satu ciri khas manusiawi yang membedakannya dari makhluk-makhluk yang lain. Selain itu, bahasa mempunyai fungsi sosial, baik sebagai alat komunikasi maupun sebagai suatu cara mengidentifikasikan kelompok sosial. Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional, yang berfungsi sebagai alat komunikas mempunyai peran sebagai penyampai informasi. Kebenaran berbahasa akan berpengaruh terhadap kebenaran informasi yang disampaikan. Banyak fenomena penggunaan bahasa yang tidak sesuai dengan kaidahnya, dalam hal ini berbahasa Indonesia dengan baik dan benar.
            Berbahasa Indonesia dengan baik dan benar mencakup dua komponen penting. Baik artinya penggunaan bahasa yang sesuai dengan konteks terjadinya komunikasi sedangkan benar artiya penggunaan bahasa yang sesuai dengan kaidahnya . Pada kondisi tertentu, yaitu pada situasi formal penggunaan bahasa Indonesia yang benar menjadi prioritas utama. Penggunaan bahasa seperti ini harus menggunakan bahasa baku. Namun demikian, penggunaan bahasa Indonesia pada situasi formal juga banyak mengalami kekeliruan misalnya alih kode, campur kode, interferensi, ataupun kesalahan dalam pemilihan diksi. Hal ini biasa terjadi dalam berbagai acara formal seperti suatu kegiatan seminar, pengajaran, dan berbagai pertemuan ilmiah lainnya.
            Banyak orang yang sudah terbiasa berbicara di situasi formal, tetapi belum memahami konseptual bahasa Indonesia tersebut, baik dari segi struktur maupun semantis. Realita ini merupakan bukti faktual bahwa kita sebagai orang Indonesia pada dasarnya banyak yang belum memahami secara intensif mengenai bahasa Indonesia itu sendiri. Kekeliruan-kekeliruan  tersebut masih sering terjadi pada lapisan masyarakat Indonesia, baik pada golongan pejabat, mahasiswa, dan pelajar.
            Bagaimana jika hal  tersebut juga sering terjadi pada ranah pendidikan? tentunya hal tersebut akan terinternalisasi pada diri peserta didik sehingga dapat terjadi kekeliruan penggunaan bahasa Indonesia secara berkelanjutan dan akan merusak citra bahasa Indonesia itu sendiri. Sebagai orang Indonesia, kita haruslah paham secara komprehensif tentang penggunaan dan hakikat bahasa Indonesia.
             Pemahaman terhadap bahasa Indonesia bukanlah tanggungjawab golongan tertentu melainkan merupakan tanggungjawab seluruh warga Negara Indonesia. Adapun contoh penggunaan bahasa Indonesia yang keliru dan sering terjadi dalam kehidupan masyarakat adalah:
a.       Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah Swt.
      Kata ini sering kita dengar saat seseorang menyampaiakan sebuah pidato ataupun sambutan tertentu. Kata “Panjatkan” pada kalimat di atas kurang tepat penggunaannya. Memang, secara struktur kalimatnya tidak ada permasalahan. Namun, secara semantik tentunya kalimat tersebut tidaklah pas, karena kelogisan kalimat tersebut masih diragukan. Kita sering menanggap hal ini adalah hal biasa yang tidak perlu dipermasalahkan karena merupakan sesuatu yang lumrah. Padahal, kalimat tersebut jelas merupakan suatu kekeliruan penggunaan bahasa Indonesia. Adapun alternatif yang bisa kita gunakan untuk memperbaiki kekeliruan tersebut adalah “Puji syukur kepada Allah Swt”. Dalam KBBI puji artinya (pernyataan) rasa pengakuan dan penghargaan yg tulus sedangkan syukur berarti rasa terima kasih kepada Allah Swt. Jadi, secara etimologi puji syukur dapat diartikan berterima kasih dengan tulus kepada Allah Swt.

b.      Kepada bapak Febi Junaidi waktu dan tempat kami persilahkan.
      Kalimat di atas juga sering kita dengar pada suatu acara atau pertemuan ilmiah. kata “waktu dan tempat” sebenarnya juga kurang tepat karena secara logika berarti kita mempersilahkan “waktu dan tempat” untuk berbicara. Alternatif perbaikannya adalah kita cukup membuang kata “waktu dan tempat” pada kalimat tersebut, sehingga menjadi “kepada bapak Febi Junaidi, kami persilahkan untuk menyampaikan sambutannya”.

c.        Jam berapa sekarang?
      Kalimat Tanya di atas juga sangatlah fenomenal, baik pada lingkungan non formal maupun di forum resmi. Kata  jam sebenarnya ditempatkan sebagai satuan dalam jumlah waktu yang digunakan dalam melakukan sesuatu. Jadi, kalimat di atas sebaiknya dirubah menjadi “Pukul berapa sekarang?”. Contoh penggunaan kata “jam” yang tepat adalah “Hari ini saya belajar selama 2 jam.

d.      Berhubung waktunya sudah habis, maka pembelajaran cukup sampai di sini.
      Pernyataan di atas seringkali kita dengar dalam kegiatan pembelajaran. Kalimat tersebut biasanya digunakan seorang guru ketika akan mengakhiri kegiatan pembelajaran. Kalimat tersebut sebenarnya juga kurang tepat, sebab pada dasarnya waktu tidak pernah habis, hanya saja suatu aktivitas yang kita kerjakan yang sudah usai. Alternatif  perbaikannya adalah “Karena bel sudah berbunyi, maka pembelajaran hari ini cukup sampai di sini”. Sebab, bel berbunyi merupakan suatu pertanda bahwa kegiatan pembelajaran sudah berakhir.

e.        Untuk mempersingkat waktu, maka acara ini kita mulai.
      Secara logika waktu tidaklah bisa disingkat karena waktu terus berjalan dan tidak bisa dihentikan. Jadi, kalimat tersebut juga kurang tepat. Alternatif perbaikannya adalah “Karena waktunya sudah tiba, maka acara ini dapat kita mulai”, sebab dalam suatu kegiatan tentunya kita telah merencanakan lebih awal waktu pelaksanaannya. Jadi, ketika waktu yang telah ditentukan tesebut sudah tiba, berarti acara tersebut sudah dapat dimulai.
            Itulah beberapa contoh problematika penggunaan bahasa Indonesia yang sering terjadi. Banyak orang yang beranggapan bahwa hal tersebut adalah suatu hal yang biasa. Namun, jika ada alternatif lain yang lebih tepat, sebaiknya kita meninggalkan kebiasaan yang keliru tersebut. 
            Sebagai warga negara Indonesia  sudah sebaiknya kita menggunakan bahasa Indonesia yang tepat khususnya di lingkungan formal, sebab bahasa merupakan identitas suatu Bangsa yang harus kita pelihara. Memang, untuk memperbaiki semua itu bukanlah hal yang mudah. Akan tetapi, apabila direncanakan dan dilaksanakan secara sistematis, maka setidaknya semua itu bisa diminimalisir. Adapun strategi yang bisa dilakukan untuk mengatasi kekeliruan terhadap pemahaman dan penggunaan bahasa tersebut adalah adanya koordinasi antara pusat bahasa yang ada di daerah tertentu dengan masyarakat, misalnya dengan mengadakan pembinaan bahasa dalam bentuk seminar, pelatihan, dan kegiatan ilmiah lainnya.
            Di samping itu, Sekolah merupakan sasaran yang ideal untuk melakukan pembinaan bahasa, misalnya diadakan suatu pembinaan bahasa terkhusus untuk guru, sebab melalui sistem pendidikan dan pengajaran, seorang guru dapat menyampaiakan fakta-fakta kekeliruan penggunaan bahasa beserta alternatif perbaikannya. Selain itu, kekeliruan-keliruan yang telah biasa dilakukan tersebut bisa berhenti bahkan guru-guru pun bisa menyampaikan bahasa Indonesia yang baik dan benar kepada generasi penerus bangsa ini, sehingga kekeliruan-kekeliruan yang selama ini terjadi bisa berhenti, dan generasi penerus bangsa ini mulai memahami konseptual kebahasaan yang tepat.
            Namun demikian, pembinaan bahasa tersebut sebaiknya tidak hanya dilakukan pada ranah pendidikan saja. Instansi-instansi pemerinthan lainnya tentunya juga membutuhkan pembinaan bahasa, karena kekeliruan penggunaan bahasa Indonesia tersebut sudah merata di berbagai lapisan masyarakat. Jadi, tentunya semuanya membutuhkan pengawasan yang intensif guna terealisasinya perbaikan tersebut sehingga terwujudnya masyarakat Indonesia yang taat, cinta, dan paham terhadap kaidah penggunaan bahasa Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar