Suasana
duka masih menyelimuti keluarga Pak Bambang. Tentunya hal ini merupakan sebuah
cobaan yang begitu berat baginya. Hingga sekarang jenazah istri dan anaknya
belum juga ditemukan. Perisriwa hanyutnya Mina dan anak semata wayangnya memang
sangat menghebohkan masyarakat kedurang. Derasnya arus sungai kedurang dimusim
penghujan ditahun itu menelan banyak korban. Tidak hanya keluarga Pak bambang,
tapi sebulan yang lalu sempat terdengar warga lainnya yang juga ditelan
derasnya arus sungai itu. akan tetapi jenazah bisa ditemukan dalam waktu dekat.
Memang warga sekitar berpersepsi bahwa sungai tersebut selalu meminta korban
setiap tahun.
Pencarian
terus dilakukan. Tim Sar dan para anggota masyarakat lainnya terus menelusuri
sungai itu. Tapi apa hendak dikata, jenazah tetap belum ditemukan. Tragedi ini
memang membuat geger warga setempat. Tim Sar pun sempat putus asa mencari
korban sebab usaha demi usaha telah dilakukan tapi jenazah pun tetap belum
ditemukan. Munif, keponakan Pak Bambang juga ikut berusaha membantu menangani
hal ini. Berbagai para normal telah ditemui. Mereka pun memiliki opini yang
berbeda. Ada yang mengatakan jenazah telah jauh dibawa arus, sebagian lagi
mengatakan bahwa jenazah masih berada disekitar sungai itu.
Hari
silih barganti, tak terasa sudah hampir seminggu Pak Bambang kehilangan anak
dan istrinya. Akan tetapi, pencarian pun belum dihentikan. Pak Bambang masih
mengharapkan anak dan isterinya itu dapat ditemukan meski hanya berupa sebuah
mayat atau jenazah, setidaknya hal itu akan sedikit membuatnya legah.
Suatu
hari, masyarakat dihebohkan oleh sebuah kabar gembira yaitu Tim Sar telah
berhasil menemukan jenazah Wati. Tim Sar dan para anggota masyarakat yang
melakukan pencarian itu berhasil menemukan jenazah Wati tengah terbaring di semak-semak
pinggiran sungai. Setelah jenazah dibawa ke rumah duka, para pelayat pun tek
hentinya berkunjung. Keramaian tengah menyelimuti rumah Pak Bambang. Suasana
haru dan isak tangis pun menggemah di ruang tamu yang sederhana itu. sementara Pak Bambang hanya terbaring lemah
di pojok ruangan itu raut wajahnya terlihat sedih, air matanya becucuran seraya
merintih melihat anak semata wayangnya telah terbaring dengan tubuh yang telah
membusuk. Para pelayat juga bergantian masuk ke dalam ruangan yang sederhana
itu. rumah sederhana Pak Bambang diselimuti dengan isak tangis yang tak kunjung
henti.
Akhir-akhir
ini Pak Bambang sering terlihat murung dan suka menyendiri. Semenjak jenazah Wati
dimakamkan dia terlihat kaku dan cemas. Sementara itu, anggota masyarakat dan
Tim Sar pun masih melakukan pencarian terhadap jenazah Mina. Hal ini tentunya
akan menjadi traumatik yang mendalam baginya. Cobaan ini sungguh cobaan yang
berat. Rasa sedih, duka, dan haru masih menyelimuti desa itu. para kerabat dan
keluarga Pak Bambang terus memberikan semangat hidup padanya bahwa apapun yang
terjadi dalam hidup ini tapi hidup kita harus tetap berlanjut. Akan tetapi,
nasihat-nasihat itu belum bisa diterima olehnya, sebab rasa trauma itu masih
dialaminya dan tentunya hal ini akan sulit untuk dilupakan.
Hari
terus berganti, tak terasa sudah hampir dua minggu jenazah mina belum juga ditemukan.
Sementara itu keadaan Pak Bambang semakin memburuk. Badannya terlihat semakin
mengurus dan diapun sering jatuh sakit. Munif sangat mengkhawatirkan kondisi
pamannya. Berbagai cara telah Ia lakukan untuk memotivasi pamannya. sore itu,
munif mendengar sebuah teriakan di ruang tamu, sepertinya ia mengenal suara
itu. ya… itu suara paman, gumamnya
dalam hati. Segera ia beranjak menuju ruang tamu itu. Dilihatnya raut sedih di
wajah pamannya. sedangkan Pak Sulaiman hanya terdiam.
“ Mina masih hidup!” teriak Pak Bambang.
“kamu harus mengikhlaskannya, Mina telah tiada.”
Jawab Pak Sulaiman.
Pak Bambang hanya merintih mendengar kata-kata yang
dilontarkan oleh Pak Sulaiman. Air matanya kembali bercucuran seakan-akan hidup
ini tiada artinya lagi baginya. Pak Sulaiman hanya terdiam, suasana hatinya
juga begitu perih sebab walau bagaimanapun juga Mina adalah adik kandungnya.
Tapi dia selalu berusaha untuk mengikhlaskan semua itu.
Pagi
itu Munif sedang berbincang dengan Pak Sulaiman. Tiba-tiba obrolan keduanya terhentikan karena kedatangan seorang lelaki yang
merupakan anggota Tim sar.
“Pagi Pak?” sapa lelaki itu.
“Pagi Nak” sahut Pak Sulaiman.
‘Maaf Pak mengganggu,
saya dari Tim Sar ingin berbicara mengenai pencarian jenazah Mina.”
“Emangnya ada apa nak? Jenazahnya sudah ditemukan
ya? Jawab Pak Sulaiman.
“Belum Pak, oleh karena itu kami telah memutuskan
untuk menghentikan pencarian ini.”
Alangkah kagetnya hati Pak Sulaiman mendengar
kata-kata yang dilontarkan lelaki itu. Dia merasa bingung, Pak Bambang pasti
akan merasa kecewa jika mengetahui hal ini. Di samping itu, Pak Sulaiman telah
berusaha keras agar Tim Sar dapat meneruskan pencarian itu. tapi sayangnya,
permohonan itu ditolak mentah-mentah. Hatinya merasa lesu, kecewa, dan sedih
yang menyatu.
“Apakah
aku harus memberitahu semua ini pada Bambang? Akankah dia sanggup menerima
semua ini? Aku benar-benar bingung, tapi akan lebih baik kalaun aku merahasiakan
semua ini dari bambang,biarkan sajalah dia mengetahuinya sendiri. Lagipula, dia
pasti akan berlarut-larut dalam kekecewaan dan kesedihan jika aku
memberitahunya. Ya…. Biarkan sajalah dia mengetahui hal ini sendiri. Semoga
saja ini adalah jalan yang terbaik. Gumamnya dalam hati. Pak
Bambang sangat berharap akan menerima kabar baik dari Tim Sar yakni bahwa Mereka
telah berhasil menemukan isterinya dalam keadaan bernyawa. Harapan itu tak
kunjung pergi darinya. Hingga sekarang Ia masih menganggap bahwa isteri
tercintanya itu masih hidup. Akan tatapi sayangnya kabar yang ia nantikan itu
tak kunjung datang. Kerinduannya terhadap Mina semakin menggebu, tapi disisi
lain kekhawatiran pun juga tak kunjung pergi.
Siang
itu, Pak Sulaiman dikagetkan oleh deringan telepon genggamnya. Tiba-tiba
dilihatnya lima panggilan tak terjawab di layar telepon genggam itu. namun tak
lama kemudian, didengarnya telepon genggam itu kembali berdering. Dilihatnya
nama anton di layar itu,
“ Ada apa Ton?” Tanya pak sulaiman.
“ Pak, apakah jenazah Bibi sudah ditemukan?”
“Belum, nak”. Jawab pak Sulaiman.
“Pak, tadi
pagi Anton baca Koran, ada seorang
nelayan menemukan mayat seorang perempuan di pesisir pulau pisang, dan menurut
Anton jenazah itu adalah Bibi Mina, sebab ciri-ciri jenazah itu sangat mirip
dengan Bibi Mina. Tapi saya juga tidak bisa memastikan karena jenazah sudah
dalam keadaan yang sangat memprihatinkan, tubuhnya sudah membusuk.”
“Apakah anton mengetahui ciri lain dari jenazah
itu?”
“ Oh… ya Pak, Dia menggunakan baju merah serta
terdapat juga cincin di jari kirinya.”
Betapa kagetnya hati Pak Sulaiman mendengar ucapan
anaknya itu sebab ciri-ciri yang dikemukakan Anton sangatlah tepat dengan apa
yang digunakan Mina sebelum Ia di bawah arus deras itu. cincin yang dipakai
Mina adalah Cincin yang dibeli oleh Pak bambang beberapa bulan yang lalu. Isak
tangis kembali terdengar, mendengar informasi itu kerabat keluarga pak Bambang
sangatlah terkejut. Rasa duka yang mendalam memang sulit dilupakan oleh pihak
keluarga. Aplagi semasa hidupnya Mina dikenal dengan perempuan yang berperangai
baik dan mudah bergaul. Sebaliknya pak bambang hanya terdiam seakan-akan tidak
percaya akan hal itu.
“Itu pasti
bukan mina. Saya yakin mina masih hidup, dia tidak mungkin meninggalkan aku.
Tidak….! Tidak mungkin...! Itu pasti bukan Mina.” Hati kecilnya berusaha
untuk tidak menerima kenyataan itu. Beberapa saat kemudian, Pak sulaiman
kembali menelpon Anton agar mengurus pembawaan jenazah ke kedurang. Anton
menyetujui hal itu, sebab hati kecilnya juga sangat yakin bahwa perempuan itu
adalah Bibinya.
Di
siang itu, Anton segera beranjak untuk menemui jenazah bibinya itu. alangkah
kaget nya hati anton bahwa setiba di sana ternyata jenazah tersebut telah
dikubur oleh masyarakat setempat. Nelayan itu mengatakan bahwa warga di sana
tidak ada yang mengenal korban dan hingga ditemukannya jenazah itu juga tidak
terdapat pihak keluarga yang menemui warga. Dari pernyataan itu, Anton semakin
yakin bahwa jenazah itu ada;lah Bibinya. Pak Sulaiman terkejut mendengar
pernyataan Anton di telepon itu sebab Anton telah menceritakan semua
peristiwa tersebut. Akan tetapi, dengan
tegas Pak sulaiman meminta agar Anton menggali kembali kuburan Mina agar dapat
dibawa pulang ke Rumah duka. Anton pun mengikuti keinginan ayahnya sebab
sebenarnya dia juga sangat setuju dengan pendapat sang Ayah meski hal itu tidak
mudah untuk dilakukan. Akhirnya, dengan bantuan masyarakat sekitar Anton
berhasil mengambil Jenaza Mina.
Suasana
duka kembali terulang. Rumah sederhana itu kembali dikerumuni oleh para
pelayat. Isak tangis pun terdengar di sekeliling rumah itu. Kali ini Pak
Bambang terlihat berbeda dari sebelumnya, teriakan tangisnya seakan-akan
memecahkan ruangan itu. mungkin dia sudah menyadari bahwa sang isteri dan anak
tercintanya itu memang benar-benar telah tiada. Tak lama kemudian terlihat
sebuah Ambulance berhenti di depan rumah Pak Bambang. Tidak salah lagi, Mobil
itu adalah ambulance yang membawa mayat Mina dari pulau pisang. Isak tangis pun
semakin terdengar saat jenazah diturunkan dari ambulance itu. Pak Bambang terlihat
sangat terpukul dan raut wajahnya mengundang rasa simpati para pelayat yang
masuk bergantian.
Pagi
itu, wajah pak bambang terlihat murung. Ya… memang sudah jalas, Ia telah
menyadari bahwa dirinya telah kehilangan orang-orang yang ia sayangi di awal
tahun ini. Rasa penasarannya pun sudah terobati oleh fakta-fakta yang ada.
Bukti telah jelas. Dia hanya bisa termenung seraya menangis dan meratapi
kepergian isteri dan anaknya yang tersayang itu. semenjak peristiwa ini, Pak Bambang
jarang keluar rumah. Ia lebih suka mengurung diri di dalam rumah. Hingga suatu
ketika warga sekitar kembali dihebohkan oleh berita buruk, yakni Munif menemukan
pamannya itu telah tergantung di ruang tamu.