PERBANDINGAN CERPEN
AYAH YANG TAK SEMPURNA
Karya:
Putri Rahmawati
&
TUHAN, BOLEHKAH AKU DILAHIRKAN KEMBALI ?
Karya: Haniswita
Karya: Haniswita
(SUATU TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA)
![]() |
OLEH:
Febi
Junaidi
A1A010076
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2012
KATA
PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang
Maha Esa, atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga
dapat menyelesaikan proposal penelitian yang berjudul “perbandingan
cerpen ayah yang
tak sempurna
(karya: putri rahmawati) dantuhan,
bolehkah aku dilahirkan kembali ? (karya: haniswita) (suatu tinjauan psikologi sastra) ” ini.
Penulis
menyadari bahwa di dalam pembuatan makalah ini tidak terlepas dari tuntunan Tuhan
Yang Maha Esa dan juga bantuan berbagai pihak. untuk itu, dalam kesempatan ini
penulis menghaturkan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada Bapak Bustannudin Lubis yang
selalu memberikan dorongan dan bantuan
baik saran, moral, serta teman-teman seperjuangan atas sumbangan pikiran yang
bersifat positif terhadap selesainya makalah ini.
Penulis
menyadari, bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik
materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, penulis telah berupaya dengan
segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga makalah ini dapat diselesaikan. Oleh karena itu,
kritik dan saran para pembaca sangatlah kami harapkan demi penyempurnaan
makalah ini kedepanya.
Akhir kata, penulis minta maaf atas segala kesalahan dan semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.
Bengkulu, November
2012
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Kelahiran suatu karya sastra tidak
dapat dipisahkan dari keberadaan karya-karya sastra yang mendahuluinya, yang
pernah diserap oleh sastrawan. Pada mulanya, dalam menciptakan karyanya seorang
sastrawan tersebut melihat, meresapi, dan menyerap teks-teks lain yang menarik
perhatiannya baik secara sadar atau tidak. Berlatar dari pernyataan inilah
sastra bandingan perlu dikaji adanya.
Sebagai suatu aliran, kajian sastra bandingan terlihat belum begitu populer di kancah ilmiah masyarakat Indonesia. Perbandingan merupakan salah satu metode yang juga digunakan dalam penelitian. Dengan demikian, uraian yang digunakan dalam sastra bandingan tentunya bersandar pada dasar banding-membandingkan.
Sastra Bandingan dalam kajian umum serta dalam kaitannya dengan sejarah ataupun yang lainnya adalah merupakan bagian dari sastra. Sastra sebagai bagian dari kebudayaan, ditentukan antara lain oleh geografi dan sumber daya alam yang dapat menyusun suatu masyarakat dan menentukan tata nilai. Dalam karya sastra semua hal tersebut ditanggapi secara kreatif, sehingga suatu karya sastra perlu dibanding-bandingkan agar mendapatkan gambaran yang lebih jelas mengenai persamaan dan perbedaan diberbagai budaya.
Sebagai suatu aliran, kajian sastra bandingan terlihat belum begitu populer di kancah ilmiah masyarakat Indonesia. Perbandingan merupakan salah satu metode yang juga digunakan dalam penelitian. Dengan demikian, uraian yang digunakan dalam sastra bandingan tentunya bersandar pada dasar banding-membandingkan.
Sastra Bandingan dalam kajian umum serta dalam kaitannya dengan sejarah ataupun yang lainnya adalah merupakan bagian dari sastra. Sastra sebagai bagian dari kebudayaan, ditentukan antara lain oleh geografi dan sumber daya alam yang dapat menyusun suatu masyarakat dan menentukan tata nilai. Dalam karya sastra semua hal tersebut ditanggapi secara kreatif, sehingga suatu karya sastra perlu dibanding-bandingkan agar mendapatkan gambaran yang lebih jelas mengenai persamaan dan perbedaan diberbagai budaya.
B. Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut:
1.
Apa tema dari cerpen ayah yang
tak sempurna karya: putri rahmawati dan tuhan, bolehkah aku dilahirkan
kembali karya:
haniswita?
2. Bagaimana
perbandingan kedua karya sastra di atas ditinjau dari segi psikologi?
C. Tujuan
1.
Untuk
mengetahui tama cerpen Ayah yang tak sempurna karya Putri Rahmawati dan cerpen
Tuhan, bolehkah aku dilahirkan kembali karya haniswita.
2.
Untuk membandingkan kedua
cerp[en di atas berdasarkan pendekatan psikologi sastra
BAB II
LANDASAN
TEORI
A. Pengertian
Sastra Bandingan
Sastra bandingan adalah sebuah studi
teks across cultural. Studi ini
merupakan upaya interdisipliner, yakni lebih banyak memperhatikan hubungan
sastra menurut aspek waktu dan tempat. Dari aspek waktu, sastra bandingan dapat
membandingkan dua atau lebih periode yang berbeda. Sedangkan konteks tempat,
akan mengikat sastra bandingan menurut wilayah geografis sastra (Endraswara,
2011:128).
Sastra
perbandingan adalah wilayah keilmuan sastra yang mempelajari keterkaitan antar
sastra dan perbandingan sastra dengan bidang lain. Jalin-menjalin antar karya
sastra sangat dimungkinkan, karena setiap pengarang menjadi bagian dari penulis
lain (Endraswara, 2011:128-129).
Menurut
kamus istilah sastra, sastra bandingan diartikan sebagai telaah dan analisis
terhadap kesamaan dan pertalian karya sastra berbagai bahasa dan bangsa. Telaah
bandingan sastra ini khususnya dalam sastra Indonesia relatif baru (Zaidan,
Abdul Rozak, Anita K. Rustapa, dan Hani’ah, 2007: 181).
Sastra
bandingan merupakan kegiatan membandingkan sastra sebuah negara dengan sastra
negara lain atau membandingkan sastra dengan bidang lain sebagai keseluruhan
ungkapan kehidupan (Endraswara, 2011:10).
Dari
beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa sastra bandingan adalah suatu
kegiatan membandingkan dua karya sastra atau lebih mengenai persamaan dan
perbedaan karya sastra tersebut.
B. Pengertian
cerita pendek
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
KBBI disana dijelaskan kalau Cerpen adalah kisahan pendek (kurang dari 10.000
kata) yang memberikan kesan tunggal yang dominan dan memusatkan diri pada satu
tokoh dalam satu situasi. Sedangkan menurut Susanto dalam Tarigan (1984 : 176),
cerita pendek adalah cerita yang panjangnya sekitar 5000 kata atau kira-kira 17
halaman kuarto spasi rangkap yang terpusat dan lengkap pada dirinya sendiri.
Sumardjo dan Saini (1997 : 37) mengatakan bahwa cerita pendek adalah cerita
atau parasi (bukan analisis argumentatif) yang fiktif (tidak benar-benar
terjadi tetapi dapat terjadi dimana saja dan kapan saja, serta relatif pendek).
Dari beberapa pendapat di dapat saya
simpulkan bahwa cerita pendek merupakan suatu karangan fiksi yang hanya mengandung
satu konflik.
C.
Pengertian
pendekatan psikologi sastra
Pendekatan adalah salah sau prinsip
dasar yang digunakan sebagai alat untuk mengapresiasi karya sastra, salah
satunya ialah ditentukan oleh tujuan dan pa yang hendak ditentukan lewat teks
sastra, pembaca dapat menggunakan beberapa pendekatan, salah satunya adalah
pendekatan psikologis. Semi (1993:76) menyatakan pendekatan psikologi sastra
adalah pendekatan yang bertolak dari asumsi bahwa karya sastra selalu membahas
tentang kehidupan manusia yang senantiasa memperlihatkan perilaku yang beragam.
Apresiasai sastra menggunakan pendekatan psikologi sastra pada mulanya
diperkenalkan di Barat oleh L.A Richard, dan di Indonesia pertama kali
dilakukan oleh M.S Hutahulung, Boen S. Oemarjati, dan Made Mukada.
Budi Utama (2004:138)_ mengemukakah tiga alasan psikologi sastra masuk dalam kajian sastra adalah sebagai berikut (1) mengetahui perilaku dan motivasi para tokoh dalam karya sastra. Langsung atau tidak langsung, perilaku dan motivasi para tokoh nampak juga dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian dalam kehidupan sehari-hari mungkin kita juga bertemu dengan orang-orang yang perilaku dan motivasinya mirip dengan perilaku dan motivasi para t tokoh dalam karya sastra, (2) mengetahui perilaku dan motivasi pengarang, dan (3) mengetahui reaksi psikologi pembaca.
Karya sastra merupakan hasil ungkapan jiwa seorang pengaran yang di dalamnya melukiskan suasana kejiwaan pengarang,baik suasana pikit maupun emosi. Roekan (dalam aminudin 1990:91). Psikologi sastra memandang bahwa karya sastra merupakan hasil kreativitas pengarang yang menggunakan media bahasa dan diababdikan untuk kepentingan estetik.
Melalui bagan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa sebagai manusia yang hidup berdampingan dengan manusia lain dan pengarang banyak melakukan pengamatan dengan manusia-manusia lain di sekitarnya, seperti yang dikemukakan oleh Freud, manusia sebagai sistem yang kompleks memiliki energi untuk berbagai tujuan seperti bernafas, bergerak, mengamati, dan mengingat. Mereka mempunyai kepekaan tinggi sehingga mereka mampu menangkap suassana batin manusia lain yang paling dalam.
Budi Utama (2004:138)_ mengemukakah tiga alasan psikologi sastra masuk dalam kajian sastra adalah sebagai berikut (1) mengetahui perilaku dan motivasi para tokoh dalam karya sastra. Langsung atau tidak langsung, perilaku dan motivasi para tokoh nampak juga dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian dalam kehidupan sehari-hari mungkin kita juga bertemu dengan orang-orang yang perilaku dan motivasinya mirip dengan perilaku dan motivasi para t tokoh dalam karya sastra, (2) mengetahui perilaku dan motivasi pengarang, dan (3) mengetahui reaksi psikologi pembaca.
Karya sastra merupakan hasil ungkapan jiwa seorang pengaran yang di dalamnya melukiskan suasana kejiwaan pengarang,baik suasana pikit maupun emosi. Roekan (dalam aminudin 1990:91). Psikologi sastra memandang bahwa karya sastra merupakan hasil kreativitas pengarang yang menggunakan media bahasa dan diababdikan untuk kepentingan estetik.
Melalui bagan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa sebagai manusia yang hidup berdampingan dengan manusia lain dan pengarang banyak melakukan pengamatan dengan manusia-manusia lain di sekitarnya, seperti yang dikemukakan oleh Freud, manusia sebagai sistem yang kompleks memiliki energi untuk berbagai tujuan seperti bernafas, bergerak, mengamati, dan mengingat. Mereka mempunyai kepekaan tinggi sehingga mereka mampu menangkap suassana batin manusia lain yang paling dalam.
D.
Unsur-unsur Cerita Pendek
a. unsur instrinsik
a. unsur instrinsik
Dalam cerita pendek terkandung
unsur-unsur intrinsik yaitu :
- Tema, yaitu pokok gagasan menjadi dasar pengembangan cerita pendek. Tema suatu cerita mensegala persoalan, baik itu berupa masalah kemanusiaan, kekuasaan, kasih sayang, kecemburuan dan sebagainya. Untuk mengetahui tema suatu cerita, diperlukan apresiasi menyeluruh terhadap berbagai unsur karangan itu. Bisa saja temanya itu dititipkan pada unsur penokohan, alur, ataupun pada latar.
- Plot atau alur, yaitu rangkaian peristiwa yang direka dan dijalin dengan seksama sehingga menggerakkan jalan cerita melalui perkenalan klimaks dan penyelesaian.
- Penokohan dan perwatakan yaitu cerita pengarang menggambarkan dan mengembangkan watak para pelaku yang terdapat di dalam karyanya.
- Seting atau latar yaitu tempat dan waktu terjadinya cerita. Latar ini berguna untuk memperkuat tema, menuntun watak tokoh, dan membangun suasana cerita. Latar terdiri atas latar tempat, waktu dan sosial.
- Sudut pandang yaitu posisi pengarang dalam membawakan cerita.
- Amanat, yaitu pesan yang ingin disampaikan pengarang melalui karyanya kepada pembaca atau pendengar. Pesan bisa berupa harapan, nasehat, kritik dan sebagainya.
b. Unsur Ekstrinsik Cerpen
Unsur
ekstrinsik Cerpen
adalah unsur-unsur yang berada di luar karya sastra, tetapi secara tidak
langsung mempengaruhi bangunan atau sistem organisme karya sastra. Unsur
ekstrinsik meliputi:
- Nilai-nilai dalam cerita (agama, budaya, politik, ekonomi)
- Latar belakang kehidupan pengarang
- Situasi sosial ketika cerita itu diciptakan
E. Ciri-ciri
cerita Pendek
Cerita
pendek menurut pendapat Sumarjo dan Saini (1997 : 36) sebagai berikut.
- Ceritanya pendek ;
- Bersifat rekaan (fiction) ;
- Bersifat naratif
- Memiliki kesan tunggal.
Pendapat
lain mengenai ciri-ciri cerita pendek di kemukakan pula oleh Lubis dalam
Tarigan (1985 : 177) sebagai berikut.
- Cerita Pendek harus mengandung interprestasi pengarang tentang konsepsinya mengenai kehidupan, baik secara langsung maupun tidak langsung.
- Dalam sebuah cerita pendek sebuah insiden yang terutama menguasai jalan cerita.
- Cerita pendek harus mempunyai seorang yang menjadi pelaku atau tokoh utama.
- Cerita pendek harus satu efek atau kesan yang menarik.
Berdasarkan
pendapat di atas dapat saya simpulkan bahwa cerpen itu memiliki cirri-ciri sebagai
berikut:
·
Ceritanya pendek
·
Hanya mengandung satu konflik
·
Bersifat naratif
·
Hanya terdapatsatu tokoh utama
·
Bahasanya menarik
BAB III
PEMBAHASAN
A. Tema
Kedua
cerpen ini memiliki tema yang sama yaitu mengenai sosial dalam
hal ini mengenai “ Konflik suatu Keluarga” . kedua cerpen ini secara
universal memiliki kesamaan. Pada cerpen “Ayah Yang Tak Sempurna” menggambarkan
bagaimana kehidupan suatu keluarga yang ditinggalkan oleh sosok seorang
ayah. Akan tetapi meski tanpa seorang ayah keluarga tersebut tetap menjadi
sebuah keluarga yang baik dan kehidupan keluarga pun berjalan dengan lancar. Hal ini tentunya
berkat kerja keras seorang ibu yang dengan semangat mencari nafkah untuk
anaknya hingga anaknya dewasa. Di
samping itu, anak-anaknya pun menjadi anak-anak yang mandiri. Hal ini dapat
kita lihat pada kutipan berikut.
“Ya dia istriku, seorang istri yang
berhati besar, yang bisa mendampingi anak-anakku tumbuh dewasa dan mandiri.
Entah bagaimana caranya dia bisa membiayai anak-anakku hingga seperti sekarang.
Tak hanya itu, istriku selalu mengajarkan anak-anakku kasih sayang, kelembutan,
dan kedewasaan. semua itu membuat anak-anakku begitu menyayanginya, mungkin
itulah yang menjadi harta paling berharga bagi mereka “saling memiliki”.
“Istriku tak pernah mengeluh
sedikitpun meskipun hidupnya tak mudah!! sama sekali tak mudah!! aku tau itu.
Mungkin hatinya sakit, sedih, pilu, bingung, karna aku tinggalkan. Tapi semua
itu tak pernah dia tampakkan sedikitpun di hadapan anak-anakku.”
Selain
itu, pada cerpen “Tuhan Bolehka Aku dilahirkan kembali ini” juga menggambarkan
suatu permasalahan dalam kehidupan keluarga. Hal ini bisa kita lihat pada
kutipan berikut ini:
“Nurani ku berontak membaca kata-kata yang penuh kebohongan
itu. Ku buang kertas itu dan kali ini aku tak ingin lagi mengarang. Dengan
cepat ku tulis ‘BERBULAN-BULAN AKU HIDUP DI TENGAH KELUARGA YANG PENUH
KEKACAUAN.DAN KINI AKU MERINDUKAN KELUARGAKU WALAU AKU MEMBENCINYA.’
“Belum saatnya aku menjadi seorang pengarang,”desisku pelan dan menyerahkan karangan singkat itu kepada Bu Reno.”
“Belum saatnya aku menjadi seorang pengarang,”desisku pelan dan menyerahkan karangan singkat itu kepada Bu Reno.”
B. Perbandingan
tokoh ibu pada cerpen
ayah
yang
tak sempurna dan tokoh
Alice pada cerpen tuhan, bolehkah aku dilahirkan kembali ditinjau
dari psikologi sastra
Di atas telah dijelaskan bahwa kedua cerpen ini
memiliki tema yang sama. Hanya saja, dalam
cerpen “Ayah Yang Tak Sempurna” itu,
perbuatan
sang ayah berimplikasi terhadap semua anggota keluarga. Jadi, pengarang
melukiskan bagaimana perjalanan kehidupan suatu keluarga yang tetap berjalan
dengan lancar
walau tanpa kehadiran seorang ayah selaku tulang punggung suatu keluarga. Namun demikian, secara psikologis tokoh “ibu” dalam
cerpen ini tentunya mengalami gonjangan batinyang luar biasa yakni bagaimana
dia harus melewati berbagai tantangan dalam menafkahi anak-anaknya agar dapat
bertahan hidup. Sebab dalam konteks ini tokoh “ibu” sebenarnya juga telah
menggantikan peran atau kedudukan seorang Ayah. Tekanan-tekanan batin yang
dialami oleh seorang ibu dalam cerpen ini dapat dilihat pada kutipan berikut:
“Istriku tak pernah mengeluh
sedikitpun meskipun hidupnya tak mudah!! sama sekali tak mudah!! aku tau itu.
Mungkin hatinya sakit, sedih, pilu, bingung, karna aku tinggalkan. Tapi semua
itu tak pernah dia tampakkan sedikitpun di hadapan anak-anakku”.
“Dan ketika aku bertemu istriku tidak
ada amarah sedikitpun di hatinya. Baktinya terhadapku sebagai suaminya tak
berkurang sedikitpun bahkan bertambah. Tak pernah dia membahas salahku padanya
selama ini, meskipun sebenarnya aku tau hatinya amat sakit selama ini. Itulah
hebatnya dia hanya kepada Alloh dia menceritakan keluh kesahnya, sakit hatinya,
dan semua masalah hidupnya, karena dia tau hanya Alloh yang bisa membantunya,
apapun perantaranya. Mungkin kata maaf ini tidak akan cukup untuk bisa
menyembuhkan luka hatimu selama ini istriku. Dia wanita paling sempurna yang
pernah ku kenal. Ku ucap syukur kepadamu ya Alloh, telah kau bentuk keluargaku
sedemikian indah selama kepergianku.”
Dari kutipan-kutipan di atas sebenarnya dapat kita interpretasikan
bahwa sesungguhnya batintokoh :ibu: tersebut juga sangatlah tersiksa tanpa kehadiran
sosok suamiyang sangat ia cintai akan tetapi tokoh ini mampu unutk tidak
menampakkan gejolak batin tersebut kepada anak-anaknya sehingga anak-anaknya
pun tumbuh menjadi anak yang mandiri.
Sedangkan
pada cerpen “Tuhan Bolehkah Aku
Dilahirkan Kembali” penulis mendeskripsikan bagaimana kehidupan seorang anak
yang kian memburuk sebagai
akibat dari perbuatan kedua orang tuanya. Dalam cerpen ini dijelaskan bagaimana
perjalanan kehidupan seorang gadis,
yakni tokoh Alice yang begitu kesepian dan begitu tertekan akibat perceraian
kedua orang tuanya. Hingga suatu saat dia terjerumus dalam kehidupan yang salah
yakni pindah keyakinan dan menjadi seorang pecandu
narkotika. Hal ini bermula ketika dia menceritakan segala konflik kelurganya
kepada teman sekelasnya yaitu Lucas. Hal ini dapat kita lihat dari kutipan
berikut:
“Hari-hariku berjalan dengan kesunyian. Pagi yang biasanya
hangat dengan gurauan mama dan papa, kini terasa hambar ketika yang ku temui
seorang ibu yang sibuk dengan laptopnya tanpa mempedulikan kehadiran anaknya.
Setiap pagi selalu sarapan dan berangkat seorang diri. Terkadang ketika aku
berpapasan dengan mereka yang diantar oleh ayah ataupun ibunya, tak tertahan
rasanya membendung air mata ini. Sungguh aku sangat merindukan kehidupan
seperti mereka.”
“Tanpa ku sadari, Lucas membaca
tulisanku. Dengan nada prihatin, ia menanyaiku dengan berbagai pertanyaan.
Dengan rasa malu bercampur takut, ku jawab pertanyaannya satu persatu.Tanpa ku
sadari aku telah menuturkan semua kisah pahitku kepada pemuda Kristen
itu.“Tenang Alice. Aku tak akan menceritakan kepada orang lain. Aku hanya ingin
membantumu. Pakailah ini untuk menenangkan dirimu!” tuturnya sambil meletakan
sebuah bungkusan berisi serbuk-serbuk putih ke dalam genggamanku.”
Dari kutipan-kutipan di atas
nampaklah bahwa tokoh “alice” pada cerpen “Tuhan, bolehkah aku dilahirkan
kembali ini memilki tekanan batin dalam hidupnya. Sebab dia tidak menerima
kenyataan pahit yang menerpa hidupnya. Dia sangat mengidamkan suatu keluarga
yang utuh dan harmonis, bukan seperti keadaan yang sedang terjadi dalam
keluarganya.
Di samaping itu, pada cerpen “Ayah
Yang Tak Sempurna” tersebut penulis tidak menjelaskan secara komprehensif hal
yang melatarbelakangi kepergian sosok seorang Ayah dari kelurga itu. Sedangkan pada cerpen
“Tuhan Bolehkah Aku Dilahirkan Kembali”, penulis menceritakan hubungan clausalitas
antar konflik yang diceritakan. Jadi, berdasarkan uraian di atas jelaslah bahwa
kedua cerpen tersebut memiliki aspek kesamaan dan perbedaan.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kedua
cerpen ini mendeskripsikan bagaimana
suatu gejolak batin yang dialami oleh seseorang atas berbagai permasalahan yang
ada di dalam suatu keluarga.
Kedua
cerpen sebenarnya mengandung suatu pembelajaran yang begitu
bermanfaat bagi para pembaca yakni bagaimana cara kita mengahadapi berbagai
permasalahan dalam kehidupan sehingga kita bisa mengambil suatu keputusan yang
tepat disetiap permasalahan yang ada.
B. Saran
Sebagai penikmat karya sastra, penulis berharap hendaknya para pembaca tidak hanya sekedar membaca sebagai aktivitas pengisi waktu
luang. Akan tetapi kita perlu mencermati nilai-nilai yang terkandung dalam cerpen
tersebut sehingga pengalaman, wawasan,
atau pembelajaran yang kita peroleh akan menjadi suatu skemata baru bagi kita
yang nantinya dapat kita implementasikan dalam kehidupan bermasyarakat.
DAFTAR
PUSTAKA
A.
Sayuti, Suminto. 2000. Berkenalan
dengan Prosa Fiksi. Yogyakarta: Gama Media.
Chanafiah,
Yayah. 2002. Penelitian Sastra.
Bengkulu: Universitas Bengkulu
Endraswara,
Suwardi . 2003. Metodelogi Penelitian
Sastra. Yogyakarta: Pustaka Widyatama.
Kuntjara,
Esther. 2006. Penelitian Kebudayaan.
Jakarta: Graha Ilmu.
Lubis,
Bustanuddin. 2008. Sastra Bandingan.
Bengkulu: Universitas Bengkulu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar