RENCANA
PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Satuan
Pendidikan : SMA
Mata
Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester : XI/II
Alokasi
waktu : 2 X 45 menit
Kemampuan : Berbahasa
A.
Standar
Kompetensi:
Membaca: Memahami ragam wacana tulis dengan membaca cepat dan
membaca intensif
B.
Kompetensi
Dasar:
Membedakan fakta dan opini pada
editorial dengan membaca intensif
C.
Indikator
Kognitif
a. menemukan
4 kalimat berupa fakta pada tajuk
rencana
b.
menemukan 4 kalimat berupa opini pada tajuk rencana
c. menjelaskan
3 ciri-ciri kalimat yang berupa fakta
d. menjelaskan
3 ciri-ciri kalimat yang berupa opini
e. menjelaskan
2 perbedaan kalimat yang berupa fakta dan kalimat yang berupa opini
Psikomotor
a.
Menulis sebuah karangan
yang di dalamnya terdapat 5 kalimat yang berupa fakta dan 5 kalimat yang berupa
opini
Afektif
a. Karakter
·
Gemar membaca
·
Bersahabat/komunikatif
·
Teliti
·
Kreatif
·
Rasa ingin tahu
b.
Keterampilan sosial
·
Berperilaku santun
(bertanya dan bersikap)
·
Menyumbangkan ide
·
Berinteraksi dengan
teman kelompok
·
Membantu teman yang kesulitan
·
Menghargai pendapat
teman
D.
Tujuan
Pembelajaran
Kognitif
a. Siswa
dapat menemukan 4 kalimat yang berupa fakta
pada editorial/tajuk rencana melalui kegiatan diskusi kelompok
b. Siswa
dapat menemukan 4 kalimat yang berupa
opini pada tajuk rencana melalui kegiatan diskusi kelompok
c. Siswa
dapat menjelaskan 3 ciri-ciri kalimat yang berupa fakta melalui kegiatan
diskusi kelompok
d. Siswa
dapat menjelaskan 3 ciri-ciri kalimat yang berupa opini melalui kegiatan
diskusi kelompok
e. Siswa
dapat menjelaskan 2 perbedaan kalimat yang berupa fakta dan kalimat yang berupa
opini melalui kegiatan diskusi kelompok
Psikomotor
a.
Siswa dapat menulis
sebuah karangan yang di dalamnya terdapat 5 kalimat yang berupa fakta dan 5
kalimat yang berupa opini melalui kegiatan diskusi kelompok
Afektif
a. Karakter
Siswaterlibataktifdalampembelajarandenganmemperlihatkankemajuanberperilaku,
seperti gemar membaca,bersahabat/komuniatrif, teliti,
kreatif, dan rasa ingin tahu.
b. Keterampilan sosial
Siswaterlibataktifdalampembelajarandenganmemperlihatkankemajuandalamketerampilanbertanyadenganbahasa
yang santun, menyumbang ide, berinteraksi dengan teman sekelompok, membantuteman yang mengalamikesulitan, dan
menghargaipendapatteman.
E.
Materi
Pembelajaran
Surat
kabar merupakan media yang efektif untuk menyampaikan informasi kepada pembaca.
Di dalam surat kabar terdapat editorial atau tajuk rencana. Editorial atau
tajuk rencana adalah tulisan dalam surat kabar atau majalah yang berisi
permasalahan aktual. Tulisan tersebut ditulis berdasarkan sudut pandang redaksi
surat kabar tersebut. Di dalam tajuk
rencana terdapat fakta dan opini. Fakta dalam tajuk rencana adalah hal-hal
faktual yang diambil dari peristiwa atau gejala tertentu di masyarakat. Fakta merupakan sesuatu yang ada dan benar – benar terjadi dan
pernyataan yang tak terbantah lagi kebenarannya dan ada buktinya, misalnya ada
benda, orang, waktu, tempat, peristiwa, jumlah. Adapun
suatu opini merupakan argumen atau tanggapan redaksi terhadap peristiwa atau
gejala yang dijadikan pokok pembicaraan dalam tajuk rencana. Opini atau
pendapat juga merupakan sikap, pandangan atau tanggapan seseorang terhadap
suatu fakta dan kebenarannya relatif karena dipengaruhi unsur pribadi yang
bersifat subjektif. Baik berupa pertimbangan – pertimbangan maupun saran –
saran. Untuk menemukan fakta dan opini di dalam tajuk rencana tersebut dapat
dilakukan dengan cara membaca intensif. Di dalam membaca intensif seorang pembaca harus
membaca secara saksama, teliti, dan
memahami sacara mendalam tentang segala
sesuatu yang tertulis pada teks dengan tujuan untuk memahami isi bacaan secara
utuh.
.
Agar lebih jelas, bacalah editorial berikut dengan
teliti!
Memaksimalkan
Standar Keselamatan Penerbangan
Persepsi
bahwa tingkat keselamatan penerbangan nasional telah memasuki kategori
menakutkan mendapatkan pembenaran. Kali ini, legitimasi itu datang langsung
dari pemerintah. Pekan ini, Departemen Perhubungan merilis daftar peringkat
terbaru perusahaan penerbangan dan standar keselamatan mereka. Dari 21
perusahaan yang dinilai, hanya satu yang masuk kategori I atau berkinerja baik.
Sisanya hanya masuk kategori II atau sedang, dan bahkan III, alias buruk. Hasil pemeringkatan itu, ironisnya, tidak
mengejutkan. Hal itu tidak mengejutkan karena semua paham bahwa standar
keselamatan penerbangan di negeri ini memang rendah. Tidak mengejutkan karena
kecelakaan pesawat yang menelan korban jiwa bukan satu-dua kali terjadi. Hal
ini sering terjadi.
Sebuah
lembaga audit penerbangan internasional sebelumnya telah menetapkan bahwa tidak
ada satu pun maskapai penerbangan Indonesia yang masuk kategori I. Beberapa
negara, terutama Amerika Serikat (AS), bahkan mengeluarkan peringatan kepada
warganya agar tidak menggunakan jasa penerbangan Indonesia. Tentu itu menjadi
sebuah pukulan telak bagi kredibilitas penerbangan sipil negeri ini.
Adapun yang
sangat disesalkan adalah upaya untuk meningkatkan standar keselamatan itu jauh
lebih lambat daripada yang diharapkan. Setelah sekian lama, hanya satu dari 21
maskapai yang berhasil masuk ke kategori I. Maskapai yang masuk kategori I pun
belum diakui IATA Organization Safety Audit (IOSA). Hal ini terjadi karena
tidak juga memiliki sertifikat IOSA.
Posisi
itu lagi-lagi membuat reputasi penerbangan nasional berada dalam bahaya. Karena
itu, harus ada upaya yang lebih dari sekadarnya untuk memulihkan citra buruk
yang telanjur telah terbentuk. Pemerintah harus menetapkan kebijakan yang
memaksa agar upaya-upaya peningkatan standar keselamatan penerbangan dilakukan
secepat-cepatnya dan secermat-cermatnya. Pemerintah ditantang untuk lebih tegas
lagi dalam menerapkan sanksi. Pencabutan
izin operasi kepada maskapai penerbangan yang masuk kategori III atau buruk
harus dilakukan tanpa diskriminasi. Maskapai mana pun yang sejatinya masih
berada di kategori III harus dicabut izinnya. Pemberian privilese agar maskapai
tertentu lolos peringkat dan masuk kategori II tidak boleh terjadi. Ke depan,
kriteria terhadap pemberian izin baru perlu diperketat. Maskapai baru yang
ingin masuk pasar penerbangan nasional, misalnya, haruslah maskapai yang mampu
memenuhi kategori I. Bila tidak, izin operasi tidak boleh diterbitkan.
Sebaliknya, bagi maskapai yang sudah ada, dalam kurun waktu tertentu misalnya,
diharuskan memenuhi standar kategori I. Bila tidak, izin operasinya dapat
dicabut. Dengan sistem itu, pengguna jasa mendapatkan jaminan standar keamanan
terbaik. Upaya seperti itu mestinya
menjadi sebuah keniscayaan.
Pengguna
jasa penerbangan tentu berharap semua maskapai mencapai standar keselamatan
excellent. Berbeda dengan bus kota yang boleh mogok di tengah jalan, bagi
transportasi udara, kerusakan mesin dan kekacauan sistem pascalepas landas
adalah dosa terbesar. Maskapai penerbangan juga tidak boleh terjebak dalam perang
tarif. Liberalisasi dalam pasar bebas tidak berarti kebebasan dalam mematikan
pesaing dengan menerapkan tarif serendah-rendahnya. Karena kalau itu yang
terjadi, dan standar keselamatan dikorbankan, maskapai penerbangan sejatinya
tengah mematikan pengguna jasa dalam arti harfiah. Itu jelas sebuah kejahatan
kemanusiaan. Sungguh menyeramkan jika sejatinya itu yang terus berlangsung
selama ini.
Berikut ini adalah
beberapa fakta dari editorial di atas:
1. Pekan
ini, Departemen Perhubungan merilis daftar peringkat terbaru perusahaan
penerbangan dan standar keselamatan mereka.
2. Beberapa
negara, terutama Amerika Serikat (AS), bahkan mengeluarkan peringatan kepada
warganya agar tidak menggunakan jasa penerbangan Indonesia.
3. Setelah
sekian lama, hanya satu dari 21 maskapai yang berhasil masuk ke kategori I.
Maskapai yang masuk kategori I pun belum diakui IATA Organization Safety Audit
(IOSA). Hal ini terjadi karena tidak juga memiliki sertifikat IOSA.
Dari
ketiga contoh fakta tersebut, dapat dilihat bahwa kutipan-kutipan tersebut
tidak disisipi tanggapan atau opini dari redaksi. Ketiga hal tersebut ditulis
apa adanya.
Sekarang perhatikan contoh opini berikut!
1. Posisi
itu lagi-lagi membuat reputasi penerbangan nasional berada dalam bahaya. Karena
itu, harus ada upaya yang lebih dari sekadarnya untuk memulihkan citra buruk
yang telanjur telah terbentuk.
2. Ke depan, kriteria terhadap pemberian izin
baru perlu diperketat. Maskapai baru yang ingin masuk pasar penerbangan
nasional, misalnya, haruslah maskapai yang mampu memenuhi kategori I. Jika
tidak, izin operasi tidak boleh
diterbitkan.
3. Karena
kalau itu yang terjadi, dan standar keselamatan dikorbankan, maskapai
penerbangan sejatinya tengah mematikan pengguna jasa dalam arti harfiah. Itu
jelas sebuah kejahatan kemanusiaan.
Ketiga
contoh kutipan tersebut merupakan tanggapan dari redaksi terhadap beberapa
fakta yang dimunculkan dalam editorial. Dalam kutipan opini tersebut,
dikemukakan juga harapan-harapan yang bertujuan untuk memberikan solusi
terhadap permasalahan.
F.
MODEL DAN METODE PEMBELAJARAN
·
Model :
Kooperatif
·
Pendekatan : CTL
(kontruktivisme, MB, dan Inquiry)
·
Metode :
Jigsaw dan NHT
G.
BAHAN
LKS,
Buku Ajar
H.
ALAT
LCD dan Laptop
I.
LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
NO
|
KEGIATAN
|
Met.
|
Wkt
|
Peng.
Kls
|
A.
|
KEGIATAN
AWAL (10 MENIT)
1. Guru
mengkondisikankelas: menyiapkanseluruhwargakelasdanalatpembelajaran,
sertamempresensi.
2. Guru
memotivasisiswasebagaikegiatanapersepsi
3. Guru
menyampaikantujuanpembelajaran
4. Guru
menyampaikanprosedurpembelajaran, yaituberkelompok
|
Tanya jawab
|
3 menit
3 menit
2 menit
2 menit
|
|
B.
|
KEGIATAN/INTI
(65 MENIT)
|
1
|
2
|
3
|
A. EKSPLORASI
1.
Siswadibagidalam 6kelompokyang terdiri dari
5-
6 orang secara heterogen, dan setiap siswa bertanggung jawab terhadap satu
tugas serta mendapat nomor
2.
Setiap siswa menerima teks editorial yang dibagikan oleh guru
3.
Siswa membaca teks editorial tersebut dalam kelompok dengan teliti dan rasa
ingin tahu.
B. ELABORASI DAN
KOLABORASI
4.
siswa yang mendapattugas yang samaberkelompokuntukmembahastugas
(kelompokahli) denganpenuhtanggungjawab, rasa ingintahu, danteliti, tugas:
(1) menemukan kalimat yang berupa fakta (2) menemukankalimatyang berupa opini
(3) menjelaskan ciri-ciri kalimat yang
berupa fakta (4) menjelaskan ciri-ciri
kalimat yang berupa opini (5) menjelaskan perbedaan kalimat yang berupa fakta
dan kalimat yang berupa opini (6)
membuatkarangan yang didalamnyaterdapat5 kalimat yang berupa fakta dan 5
kalimat yang berupa opini.
5.
siswakembalikekelompokasal
C. KONFIRMASI
6.
gurumengajukanpertanyaantentangtugasdanmemanggilsalahsatunomoruntukdiperebutkandiantarakelompok,
begituseterusnyasampaisemuatugasdibahas.
7.
Guru memberikan skor pada siswa yang menjawab benar
8.
Guru menentukankelompok yang mendapatkanskortertinggi
9.
Guru memberikan penguatan/reinforcement
10.
Setiapkelompokmenempelkanhasilkerjanya di papantulis.
|
TGT
|
5 menit
2 menit
3 menit
15 menit
25 menit
2 menit
10 mnt
3 menit
|
||
C
|
KEGIATAN PENUTUP (15 MENIT)
|
2
|
3
|
|
1. Siswamembuatrumusansimpulantentangpembelajaran
yang sudahdiikutinya
2. Gurumemberikanpenguatan
3. Siswamengungkapkankesanterhadappembelajaran
yang baruberlangsungdanmanfaatdarimempelajari KD inidenganmenggunakanbahasa
indonesia yang santunsebagaikegiatanrefleksi.
4. Guru
memberikantugas untuk membuat sebuah karangan yang berisi fakta dan opini di
rumah.
|
Tanya jawab
|
4 menit
5 menit
4 menit
2 menit
|
J.
SUMBER
PEMBELAJARAN
1.
LembarKerja
2.
LP
1 = kognitif
3.
LP
2 = psikomotor
4.
LP
3 = afektif:
perilakuberkarakter
5.
LP
4 = afektif:
keterampilansosial
6.
Silabus
7.
K. PENILAIAN
JenisTagihan:
·
Tugasindividu: menggunakan LP 1, LP 2,LP 3, dan LP 4
·
Tugaskelompok:
menggunakan LP 1, LP 2
·
Ulangan:
lembarkerja
BentukInstrumen:
·
Uraianbebas
·
Jawabansingkat
·
Lembarpengamatan
Makasih bgt bro info nya, sangat bermanfaat buat anak saya. hehe
BalasHapusJangan Lupa mampir ke blog EXPO Lowongan Kerja Terbaru ane ya Lowongan Kerja BANK Terbaru