Bahasa Indonesia Dalam Paradigma
Masyarakat Indonesia
Bahasa adalah salah satu ciri khas
manusiawi yang membedakannya dari makhluk-makhluk yang lain. Selain itu, bahasa
mempunyai fungsi sosial, baik sebagai alat komunikasi maupun sebagai suatu cara
mengidentifikasikan kelompok sosial. Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional,
yang berfungsi sebagai alat komunikas mempunyai peran sebagai penyampai
informasi. Kebenaran berbahasa akan berpengaruh terhadap kebenaran informasi
yang disampaikan. Banyak fenomena penggunaan bahasa yang tidak sesuai dengan
kaidahnya, dalam hal ini berbahasa Indonesia dengan baik dan benar.
Berbahasa Indonesia dengan baik dan
benar mencakup dua komponen penting. Baik artinya penggunaan bahasa yang sesuai
dengan konteks terjadinya komunikasi sedangkan benar artiya penggunaan bahasa
yang sesuai dengan kaidahnya . Pada kondisi tertentu, yaitu pada situasi formal
penggunaan bahasa Indonesia yang benar menjadi prioritas utama. Penggunaan
bahasa seperti ini harus menggunakan bahasa baku. Namun demikian, penggunaan
bahasa Indonesia pada situasi formal juga banyak mengalami kekeliruan misalnya
alih kode, campur kode, interferensi, ataupun kesalahan dalam pemilihan diksi. Hal
ini biasa terjadi dalam berbagai acara formal seperti suatu kegiatan seminar,
pengajaran, dan berbagai pertemuan ilmiah lainnya.
Banyak orang yang sudah terbiasa
berbicara di situasi formal, tetapi belum memahami konseptual bahasa Indonesia
tersebut, baik dari segi struktur maupun semantis. Realita ini merupakan bukti faktual
bahwa kita sebagai orang Indonesia pada dasarnya banyak yang belum memahami
secara intensif mengenai bahasa Indonesia itu sendiri. Kekeliruan-kekeliruan tersebut masih sering terjadi pada lapisan
masyarakat Indonesia, baik pada golongan pejabat, mahasiswa, dan pelajar.
Bagaimana jika hal tersebut juga sering terjadi pada ranah
pendidikan? tentunya hal tersebut akan terinternalisasi pada diri peserta didik
sehingga dapat terjadi kekeliruan penggunaan bahasa Indonesia secara
berkelanjutan dan akan merusak citra bahasa Indonesia itu sendiri. Sebagai
orang Indonesia, kita haruslah paham secara komprehensif tentang penggunaan dan
hakikat bahasa Indonesia.
Pemahaman terhadap bahasa Indonesia bukanlah
tanggungjawab golongan tertentu melainkan merupakan tanggungjawab seluruh warga
Negara Indonesia. Adapun contoh penggunaan bahasa Indonesia yang keliru dan
sering terjadi dalam kehidupan masyarakat adalah:
a. Puji syukur kita panjatkan kehadirat
Allah Swt.
Kata
ini sering kita dengar saat seseorang menyampaiakan sebuah pidato ataupun
sambutan tertentu. Kata “Panjatkan” pada kalimat di atas kurang tepat
penggunaannya. Memang, secara struktur kalimatnya tidak ada permasalahan.
Namun, secara semantik tentunya kalimat tersebut tidaklah pas, karena kelogisan
kalimat tersebut masih diragukan. Kita sering menanggap hal ini adalah hal
biasa yang tidak perlu dipermasalahkan karena merupakan sesuatu yang lumrah. Padahal,
kalimat tersebut jelas merupakan suatu kekeliruan penggunaan bahasa Indonesia.
Adapun alternatif yang bisa kita gunakan untuk memperbaiki kekeliruan tersebut
adalah “Puji syukur kepada Allah Swt”. Dalam KBBI puji artinya (pernyataan)
rasa pengakuan dan penghargaan yg tulus sedangkan syukur berarti rasa terima
kasih kepada Allah Swt. Jadi, secara etimologi puji syukur dapat diartikan
berterima kasih dengan tulus kepada Allah Swt.
b. Kepada bapak Febi Junaidi waktu dan
tempat kami persilahkan.
Kalimat
di atas juga sering kita dengar pada suatu acara atau pertemuan ilmiah. kata
“waktu dan tempat” sebenarnya juga kurang tepat karena secara logika berarti
kita mempersilahkan “waktu dan tempat” untuk berbicara. Alternatif perbaikannya
adalah kita cukup membuang kata “waktu dan tempat” pada kalimat tersebut,
sehingga menjadi “kepada bapak Febi Junaidi, kami persilahkan untuk
menyampaikan sambutannya”.
c. Jam berapa sekarang?
Kalimat
Tanya di atas juga sangatlah fenomenal, baik pada lingkungan non formal maupun di
forum resmi. Kata jam sebenarnya
ditempatkan sebagai satuan dalam jumlah waktu yang digunakan dalam melakukan
sesuatu. Jadi, kalimat di atas sebaiknya dirubah menjadi “Pukul berapa
sekarang?”. Contoh penggunaan kata “jam” yang tepat adalah “Hari ini saya
belajar selama 2 jam.
d. Berhubung waktunya sudah habis, maka
pembelajaran cukup sampai di sini.
Pernyataan
di atas seringkali kita dengar dalam kegiatan pembelajaran. Kalimat tersebut
biasanya digunakan seorang guru ketika akan mengakhiri kegiatan pembelajaran. Kalimat
tersebut sebenarnya juga kurang tepat, sebab pada dasarnya waktu tidak pernah
habis, hanya saja suatu aktivitas yang kita kerjakan yang sudah usai. Alternatif perbaikannya adalah “Karena bel sudah
berbunyi, maka pembelajaran hari ini cukup sampai di sini”. Sebab, bel berbunyi
merupakan suatu pertanda bahwa kegiatan pembelajaran sudah berakhir.
e. Untuk mempersingkat waktu, maka acara ini kita
mulai.
Secara
logika waktu tidaklah bisa disingkat karena waktu terus berjalan dan tidak bisa
dihentikan. Jadi, kalimat tersebut juga kurang tepat. Alternatif perbaikannya
adalah “Karena waktunya sudah tiba, maka acara ini dapat kita mulai”, sebab
dalam suatu kegiatan tentunya kita telah merencanakan lebih awal waktu
pelaksanaannya. Jadi, ketika waktu yang telah ditentukan tesebut sudah tiba, berarti
acara tersebut sudah dapat dimulai.
Itulah beberapa contoh problematika
penggunaan bahasa Indonesia yang sering terjadi. Banyak orang yang beranggapan
bahwa hal tersebut adalah suatu hal yang biasa. Namun, jika ada alternatif lain
yang lebih tepat, sebaiknya kita meninggalkan kebiasaan yang keliru tersebut.
Sebagai warga negara Indonesia sudah sebaiknya kita menggunakan bahasa
Indonesia yang tepat khususnya di lingkungan formal, sebab bahasa merupakan
identitas suatu Bangsa yang harus kita pelihara. Memang, untuk memperbaiki
semua itu bukanlah hal yang mudah. Akan tetapi, apabila direncanakan dan
dilaksanakan secara sistematis, maka setidaknya semua itu bisa diminimalisir.
Adapun strategi yang bisa dilakukan untuk mengatasi kekeliruan terhadap
pemahaman dan penggunaan bahasa tersebut adalah adanya koordinasi antara pusat
bahasa yang ada di daerah tertentu dengan masyarakat, misalnya dengan
mengadakan pembinaan bahasa dalam bentuk seminar, pelatihan, dan kegiatan
ilmiah lainnya.
Di samping itu, Sekolah merupakan
sasaran yang ideal untuk melakukan pembinaan bahasa, misalnya diadakan suatu
pembinaan bahasa terkhusus untuk guru, sebab melalui sistem pendidikan dan
pengajaran, seorang guru dapat menyampaiakan fakta-fakta kekeliruan penggunaan
bahasa beserta alternatif perbaikannya. Selain itu, kekeliruan-keliruan yang
telah biasa dilakukan tersebut bisa berhenti bahkan guru-guru pun bisa
menyampaikan bahasa Indonesia yang baik dan benar kepada generasi penerus
bangsa ini, sehingga kekeliruan-kekeliruan yang selama ini terjadi bisa
berhenti, dan generasi penerus bangsa ini mulai memahami konseptual kebahasaan
yang tepat.
Namun demikian, pembinaan bahasa
tersebut sebaiknya tidak hanya dilakukan pada ranah pendidikan saja. Instansi-instansi
pemerinthan lainnya tentunya juga membutuhkan pembinaan bahasa, karena kekeliruan
penggunaan bahasa Indonesia tersebut sudah merata di berbagai lapisan
masyarakat. Jadi, tentunya semuanya membutuhkan pengawasan yang intensif guna
terealisasinya perbaikan tersebut sehingga terwujudnya masyarakat Indonesia
yang taat, cinta, dan paham terhadap kaidah penggunaan bahasa Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar