Kamis, 26 September 2013

Laut Sebagai Faktor Integrasi Nasional


LAUT SEBAGAI FAKTOR INTEGRASI NASIONAL








DISUSUN OLEH
FEBI JUNAIDI (A1A010076)




PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA  INDONESIA
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2013



KATA PENGANTAR
            Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ Laut Sebagai Faktor Integrasi Nasional” ini.
Penulis menyadari bahwa di dalam pembuatan makalah ini tidak lepas dari tuntunan Tuhan Yang Maha Esa dan juga bantuan berbagai pihak. Untuk itu, dalam kesempatan ini penulis menghaturkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada teman-teman yang selalu memberikan dorongan dan sumbangan pikiran yang bersifat positif terhadap penyelesaian makalah ini.
Penulis menyadari, bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, penulis telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga makalah  ini dapat diselesaikan.
            Akhir kata, penulis minta maaf atas segala kesalahan dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Bengkulu,  Juni  2013

Penulis
                                                                                                                                               




DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................................... i
KATA PENGANTAR............................................................................................................ ii
DAFTAR ISI........................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah............................................................................................. 2
C. Tujuan................................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Hakikat Integrasi nasional................................................................................ 3
B. Permasalahan integrasi nasional................................................................... 3
C. Upaya pendekatan agar terwujudnya integrasi nasional........................ 4
D. Peranan laut dalam mewujudkan integrasi nasional ............................... 5

BAB III PENUTUP
A.   Kesimpulan......................................................................................................... 7
B.   Saran.................................................................................................................... 7

DAFTAR PUSTAKA







BAB I
PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang
Negara Indonesia merupakan Negara kepulauan yang dua pertiga wilayahnya merupakan wilayah perairan. Di samping itu, Indonesia mempunyai pulau sebanyak 17.480 pulau. Indonesia juga merupakan Negara kepulauan dengan beragam suku, bahasa, dan budaya. Secara fisik antara satu budaya dan budaya lain dipisahkan oleh laut, namun pada hakikatnya pemisahan itu hanyalah sebuah jarak, sebab seluruh perairan laut yang ada di nusantara adalah sebagai pemersatu yang mengintegrasikan pulau-pulau yang terpisah itu (Dewan Kelautan Indonesia, 2009: 4).  
Secara umum integrasi nasional mencerminkan proses persatuan orang-orang dari berbagai wilayah yang berbeda, atau memiliki berbagai perbedaan baik etnis, sosial budaya, atau latar belakang ekonomi, menjadi satu bangsa terutama karena pengalaman sejarah dan politik yang relatif sama. Akan tetapi, realitas itu  boleh jadi hal tersebut dapat menyebabkan disintegrasi bangsa. Keadaan yang demikan juga dapat menyebabkan perpecabelahan. Dengan adanya perbedaan-perbedaan demikian, bukan tidak mungkin akan terjadi suatu perbedaan persepsi, pemikiran rasis, dan pola pikir untuk menjadi lebih baik dari daerah yang lain sehingga munculnya suatu persaingan antar wilayah. Numun, masyarakat Indonesia tentunya terdiri atas banyak pulau yang terpisah antara yang satu dengan yang lainnya. Mereka haruslah menyadari bahwa di mana pun mereka bertempat tinggal tentunya tetap bergantung dengan laut, sebab relasi antara kehidupan manusia dengan laut itu sangatlah erat.
            Sebagai warga Negara Indonesia, haruslah kita memiliki rasa Integrasi nasional. Yaitu suatu sikap kepedulian terhadap sesama serta memiliki rasa persatuan yang tinggi, baik terhadap bangsa, negara, agama serta Keluarga. Kita harus merubah pola pikir kita bahwa laut merupakan pemisah antarkepulauan. Sebab, di sisi lain laut juga merupakan suatu faktor penyebab integrasi nasional. Maka dari itu, penulis berusaha membuat makalah yang berjudul “Laut Sebagai Faktor Integrasi Nasional”.
B.   Rumusan Masalah
            Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis merumuskan beberapa masalah yang akan dikemukakan sebagai berikut:

a.    Apakah hakikat integrasi nasional?
b.    Apakah permasalahan dalam integrasi nasional?
c.    Bagaimanakah upaya pendekatan agar  terwujudnya  integrasi nasional?
d.    Bagaimanakah peranan laut dalam mewujudkan integrasi nasional?

C.   Tujuan
            Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan makalah ini adalah:
                       
a.    Untuk mengetahui hakikat integrasi nasional.
b.    Untuk mengetahui permasalahan integrasi nasional.
c.    Untuk mengetahui upaya pendekatan agar terwujudnya integrasi nasional.
d.    Untuk mengetahui peranan laut dalam mewujudkan integrasi nasional.



BAB II
PEMBAHASAN

A.   Hakikat Integrasi nasional
            Istilah integrasi nasional berasal dari dua kata yaitu integrasi dan nasional. Istilah integrasi mempunyai arti penyatuan sehingga menjadi kesatuan yang utuh/bulat. Istilah nasional mempunyai pengertian kebangsaan, bersifat bangsa sendiri, meliputi suatu bangsa seperti cita-cita nasional, tarian nasional, perusahaan nasional (KBBI). Hal-hal yang menyangkut bangsa dapat berupa adat istiadat, suku, warna kulit, keturunan, agama, budaya, wilayah/daerah dan sebainya. Sehubungan dengan penjelasan kedua istilah di atas maka integritas nasional identik dengan integritas bangsa yang mempunyai pengertian suatu proses penyatuan atau pembauran berbagai aspek sosial budaya ke dalam kesatuan wilayah dan pembentukan identitas nasional atau bangsa yang harus dapat menjamin terwujudnya keselarasan, keserasian dan keseimbangan dalam mencapai tujuan bersama sebagai suatu bangsa.
            Komunikasi dan interaksi suku-suku bangsa yang mendiami bumi nusantara ini pada tahun 1928 telah menhasilkan aspirasi bersama untuk hidup bersama sebagai satu bangsa di satu tanah air. Aspirasi ini terwujud secara sah dan diakui oleh bangsa-bangsa lain di dunia melalui proklamasi kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945. Kenyataan sejarah menunjukkan bahwa keanekaragaman budaya justru merupakan hikmah bagi bangsa Indonesia dan di masa lalu telah mampu memunculkan faktor-faktor perekat persatuan atau integrasi bangsa. Di masa depan, upaya untuk melestarikan keberadaan faktor perekat persatuan bangsa, yaitu keinginan dan semangat untuk hidup dan meraih cita-cita bersama, akan menjadi tugas seluruh warga bangsa Indonesia (Sumarsono, dkk. 2008: 127).

B.   Permasalahan integrasi nasional
      Permasalahan utama yang dihadapi dalam integrasi nasional ini adalah adanya cara pandang yang berbeda tentang pola laku duniawi dan cara untuk mencapai tujuan. Dengan kata lain masalah integrasi nasional ini pada prinsipnya bersumber pada perbedaan ideologi. Secara umum ideologi diartikan sebagai suatu pandangan atau sistem nilai yang menyeluruh dan mendalam yang dipunyai dan dipegang oleh sesuatu masyarakat tentang bagaimana cara yang sebaiknya, yaitu secara moral dianggap benar dan adil, mengatur tingkah laku bersama dalam berbagai segi kehidupan duniawi. Realitas dalam masyarakat yang bernegara akan dijumpai tersegregasinya masyarakat ke dalam sub-sub kelompok atau golongan  yang tidak selamanya mempunyai latar belakang sosial budaya yang sama, atau malah kadang-kadang bercorak kontras antara satu dengan yang lain (Widjaja, 1985: 84).
            Permasalahan kedua yaitu permasalahan yang ditimbulkan oleh kondisi masyarakat majemuk, yang terdiri dari berbagai kelompok etnis baik di antara penduduk pribumi maupun keturunan asing. Hal ini yang menyebabkan bahwa masalah integrasi berbagai kelompok etnis merupakan masalah pokok bagi integrasi nasional Indonesia. Selain masalah etnis pribumi Indonesia, juga mengahadapi masalah integrasi warga Negara keturunan asing karena secara genitas mereka masih memiliki hubungan dengan Negara asalnya. Maka mereka berusaha mengembangkan kebudayaan Negara asalnya di Indonesia. Ini merupakan masalah baru bagi Negara Indonesia.
            Permasalahan ketiga adalah masalah teritorial daerah yang seringkali berjarak cukup jauh. Lebih-lebih Indonesia yang berbentuk Negara kepulauan dan merupakan arus lalu lintas dua benua dan dua samudera.
            Masalah keempat yaitu ditinjau dari pertumbuhan partai politik. Permasalahan politik di Indonesia berpengaruh pula terhadap pencapaian integrasi nasional. Charles Lewis Tylor dan Michael C. mencatat beberapa indikator pertentangan politik di Indonesia, yaitu terjadinya demonstrasi, kerusuhan, dan  serangan bersenjata (Ahmadi, 2009: 294).
C.   Upaya pendekatan agar terwujudnya integrasi nasional:
            Upaya-upaya yang dapat dilaksanakan untuk memperkecil dan kalau mungkin menghilangkan kesenjangan-kesenjangan yang ada di Indonesia antara lain:
a.    Untuk mempertebal keyakinan seluruh warga Negara yang terdiri dari berbagai golongan itu terhadap ideologi nasional, maka pemerintah berusaha untuk mewujudkan idealisme atau cita-cita nasional yang diamanatkan oleh seluruh bangsa kepada ideologi melalui pembangunan di berbagai sektor, dengan titik tekan pada pemerluas pembangunan dan hasil pembangunan. Termasuk pembangunan politik dan kebudayaan.
b.    Berusaha membuka berbagai isolasi di berbagai kelompok etnis dan antar daerah dengan pembangunan sarana komunikasi , informasi, dan transfortasi.
c.    Menggali kebudayaan daerah untuk dijadikan kebudayaan nasional dan membina penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional
d.    Membentuk jaringan asimilasi bagi berbagai kelompok etnis baik pribumi maupun keturunan asing. Untuk langkah ini dapat dicontohkan dengan transmigrasi, pertukaran karyawan, dan sebagainya.
e.    Melalui jalur-jalur formal seperti pendidikan perundang-undangan yang berlaku bagi seluruh warga Negara dan pendekatan formal lainnya yang cukup berpengaruh terhadap usaha-usaha lain yaitu memperkuat kedudukan ideology nasional (Ahmadi, 2009: 296).

D.   Peranan laut dalam mewujudkan integrasi nasional
1.    Laut sebagai wilayah kedaulatan bangsa
Salah satu persyaratan mutlak yang harus dimiliki oleh sebuah Negara adalah wilayah kedaulatan, Di samping rakyat dan pemerintahan yang diakui. Konsep dasar wilayah Negara kepulauan Indonesia telah di letakkan melalui Deklarasi Djuanda 13 Desember 1967. Deklarasi tersebut memiliki nilai sangat strategis bagi Bangsa Indonesia karena telah melahirkan konsep wawasan nusantara yang menyatukan wilayah Indonesia. Laut nusantara bukan lagi sebagai pemisah, akan tetapi sebagai pemersatu bangsa Indonesia yang disikapi sebagai wilayah kedaulatan mutlak Negara Kesatuan Republik Indonesia.

2.   Laut sebagai sumberdaya dan ekosistem                              
Laut merupakan fenomena alam yang tersusun dalam suatu sistem yang kompleks, terdiri dari komponen-komponen sumberdaya hayati dan non hayati dengan keragaman dan nilai ekonomi yang tinggi. Indonesia sebagai Negara yang mengelola laut dan perairan laut nusantara yang menghubungkan antar laut secara global, perlu secara serius bukan hanya memperhatikan aspek keseimbangan lingkungan di wilayah laut Indonesia, namun juga mempunyai kepentingan untuk memantau kualitas ekonomi laut secara global. Walaupun masih dikelola secara sektoral, laut telah dimanfaatkan untuk perikanan, rekreasi, dan sebagainya.

3.    Laut sebagai media kontak sosial dan budaya
            Seiring dengan pemanfaatan laut sebagai media transportasi, terbukalah hubungan antar masyarakat baik melalui perdagangan maupun kegiatan lainnya. Hubungan antar masyarakat ini secara langsung dan tidak langsung telah membuka adanya pertukaran budaya (http://green.kompasiana.com/iklim/2012/07/17/lautku-lautmu-laut-kita-472029.html// diakses pada 15 Juni 2013).
                                                     


BAB III
PENUTUP
A.   Kesimpulan
            Integrasi nasional adalah suatu konsep dalam ikatan  dengan wawasan kebangsaan dalam Negara Kesatuan Indonesia yang berkandaskan pada aliran pemikiran atau paham integralistik yang berhubungan dengan paham idealism untuk mengenal dan memahami sesuatu yang harus dicari kaitannya.
            Permasalahan dalam integrasi nasional adalah perbedaan ideologi, kondisi masyarakat majemuk, territorial daerah, dan pertumbuhan partai politik. Sedangkan Upaya pendekatan dalam integrasi nasional adalah pemerintah berusaha untuk mewujudkan idealise atau cita-cita nasional yang diamanatkan, membuka berbagai isolasi di berbagai kelompok etnis dan antar daerah, menggali kebudayaan daerah untuk dijadikan kebudayaan nasional, membina penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional, membentuk jaringan asimilasi bagi berbagai kelompok etnis baik pribumi, melalui jalur-jalur formal,
dan Kerjasama antarwilayah
            Peranan laut dalam mewujudkan integrasi nasional adalah laut sebagai wilayah kedaulatan bangsa, sumberdaya dan ekosistem, dan kontak sosial dan budaya.

B.   Saran
1.  Diharapkan bagi masyarakat khususnya mahasiswa dapat memahami Integrasi Nasional.
2.  Perlu diadakannya pembahasan yang lebih lanjut agar informasi yang diperoleh lebih lengkap dan komprehensif bagi pengembangan ilmu pengetahuan.



DAFTAR PUSTAKA
Anonym. 2009. Bahan Sosialisasi Nilai-Nilai Kelautan Indonesia. Jakarta: Dewan Kelautan Indonesia.
              
Sumarsono, dkk. 2008. Pendidikan Kewarganegaraaan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Supartoyo, Yesi Hendriani. 2012. Lautku, Lautmu, Laut Kita. http://green.kompasiana.com/iklim/2012/07/17/lautku-lautmu-laut-kita- 472029.html/ diakses pada 15 Juni 2013.
Widjaja, A.W. 1985. Masyarakat dan Pemasyarakatan Ideologi Pancasila. Bandung: C.V Armico.
     























 

                                                                  BIODATA                                                                 

Nama                    : Febi Junaidi
Alamat                  : Gang tiga, Unib Belakang, Bengkulu
No. Hp                  : 085664808029
Email                    : febijunaidi@ymail.com
Asal Universitas  : Universitas Bengkulu (Unib)
Prodi                     : Pend. Bahasa dan Sastra Indonesia
Cita-cita               : Dosen







 

Senin, 16 September 2013

Essay Kebahasaan


Bahasa Indonesia Dalam Paradigma Masyarakat Indonesia
            Bahasa adalah salah satu ciri khas manusiawi yang membedakannya dari makhluk-makhluk yang lain. Selain itu, bahasa mempunyai fungsi sosial, baik sebagai alat komunikasi maupun sebagai suatu cara mengidentifikasikan kelompok sosial. Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional, yang berfungsi sebagai alat komunikas mempunyai peran sebagai penyampai informasi. Kebenaran berbahasa akan berpengaruh terhadap kebenaran informasi yang disampaikan. Banyak fenomena penggunaan bahasa yang tidak sesuai dengan kaidahnya, dalam hal ini berbahasa Indonesia dengan baik dan benar.
            Berbahasa Indonesia dengan baik dan benar mencakup dua komponen penting. Baik artinya penggunaan bahasa yang sesuai dengan konteks terjadinya komunikasi sedangkan benar artiya penggunaan bahasa yang sesuai dengan kaidahnya . Pada kondisi tertentu, yaitu pada situasi formal penggunaan bahasa Indonesia yang benar menjadi prioritas utama. Penggunaan bahasa seperti ini harus menggunakan bahasa baku. Namun demikian, penggunaan bahasa Indonesia pada situasi formal juga banyak mengalami kekeliruan misalnya alih kode, campur kode, interferensi, ataupun kesalahan dalam pemilihan diksi. Hal ini biasa terjadi dalam berbagai acara formal seperti suatu kegiatan seminar, pengajaran, dan berbagai pertemuan ilmiah lainnya.
            Banyak orang yang sudah terbiasa berbicara di situasi formal, tetapi belum memahami konseptual bahasa Indonesia tersebut, baik dari segi struktur maupun semantis. Realita ini merupakan bukti faktual bahwa kita sebagai orang Indonesia pada dasarnya banyak yang belum memahami secara intensif mengenai bahasa Indonesia itu sendiri. Kekeliruan-kekeliruan  tersebut masih sering terjadi pada lapisan masyarakat Indonesia, baik pada golongan pejabat, mahasiswa, dan pelajar.
            Bagaimana jika hal  tersebut juga sering terjadi pada ranah pendidikan? tentunya hal tersebut akan terinternalisasi pada diri peserta didik sehingga dapat terjadi kekeliruan penggunaan bahasa Indonesia secara berkelanjutan dan akan merusak citra bahasa Indonesia itu sendiri. Sebagai orang Indonesia, kita haruslah paham secara komprehensif tentang penggunaan dan hakikat bahasa Indonesia.
             Pemahaman terhadap bahasa Indonesia bukanlah tanggungjawab golongan tertentu melainkan merupakan tanggungjawab seluruh warga Negara Indonesia. Adapun contoh penggunaan bahasa Indonesia yang keliru dan sering terjadi dalam kehidupan masyarakat adalah:
a.       Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah Swt.
      Kata ini sering kita dengar saat seseorang menyampaiakan sebuah pidato ataupun sambutan tertentu. Kata “Panjatkan” pada kalimat di atas kurang tepat penggunaannya. Memang, secara struktur kalimatnya tidak ada permasalahan. Namun, secara semantik tentunya kalimat tersebut tidaklah pas, karena kelogisan kalimat tersebut masih diragukan. Kita sering menanggap hal ini adalah hal biasa yang tidak perlu dipermasalahkan karena merupakan sesuatu yang lumrah. Padahal, kalimat tersebut jelas merupakan suatu kekeliruan penggunaan bahasa Indonesia. Adapun alternatif yang bisa kita gunakan untuk memperbaiki kekeliruan tersebut adalah “Puji syukur kepada Allah Swt”. Dalam KBBI puji artinya (pernyataan) rasa pengakuan dan penghargaan yg tulus sedangkan syukur berarti rasa terima kasih kepada Allah Swt. Jadi, secara etimologi puji syukur dapat diartikan berterima kasih dengan tulus kepada Allah Swt.

b.      Kepada bapak Febi Junaidi waktu dan tempat kami persilahkan.
      Kalimat di atas juga sering kita dengar pada suatu acara atau pertemuan ilmiah. kata “waktu dan tempat” sebenarnya juga kurang tepat karena secara logika berarti kita mempersilahkan “waktu dan tempat” untuk berbicara. Alternatif perbaikannya adalah kita cukup membuang kata “waktu dan tempat” pada kalimat tersebut, sehingga menjadi “kepada bapak Febi Junaidi, kami persilahkan untuk menyampaikan sambutannya”.

c.        Jam berapa sekarang?
      Kalimat Tanya di atas juga sangatlah fenomenal, baik pada lingkungan non formal maupun di forum resmi. Kata  jam sebenarnya ditempatkan sebagai satuan dalam jumlah waktu yang digunakan dalam melakukan sesuatu. Jadi, kalimat di atas sebaiknya dirubah menjadi “Pukul berapa sekarang?”. Contoh penggunaan kata “jam” yang tepat adalah “Hari ini saya belajar selama 2 jam.

d.      Berhubung waktunya sudah habis, maka pembelajaran cukup sampai di sini.
      Pernyataan di atas seringkali kita dengar dalam kegiatan pembelajaran. Kalimat tersebut biasanya digunakan seorang guru ketika akan mengakhiri kegiatan pembelajaran. Kalimat tersebut sebenarnya juga kurang tepat, sebab pada dasarnya waktu tidak pernah habis, hanya saja suatu aktivitas yang kita kerjakan yang sudah usai. Alternatif  perbaikannya adalah “Karena bel sudah berbunyi, maka pembelajaran hari ini cukup sampai di sini”. Sebab, bel berbunyi merupakan suatu pertanda bahwa kegiatan pembelajaran sudah berakhir.

e.        Untuk mempersingkat waktu, maka acara ini kita mulai.
      Secara logika waktu tidaklah bisa disingkat karena waktu terus berjalan dan tidak bisa dihentikan. Jadi, kalimat tersebut juga kurang tepat. Alternatif perbaikannya adalah “Karena waktunya sudah tiba, maka acara ini dapat kita mulai”, sebab dalam suatu kegiatan tentunya kita telah merencanakan lebih awal waktu pelaksanaannya. Jadi, ketika waktu yang telah ditentukan tesebut sudah tiba, berarti acara tersebut sudah dapat dimulai.
            Itulah beberapa contoh problematika penggunaan bahasa Indonesia yang sering terjadi. Banyak orang yang beranggapan bahwa hal tersebut adalah suatu hal yang biasa. Namun, jika ada alternatif lain yang lebih tepat, sebaiknya kita meninggalkan kebiasaan yang keliru tersebut. 
            Sebagai warga negara Indonesia  sudah sebaiknya kita menggunakan bahasa Indonesia yang tepat khususnya di lingkungan formal, sebab bahasa merupakan identitas suatu Bangsa yang harus kita pelihara. Memang, untuk memperbaiki semua itu bukanlah hal yang mudah. Akan tetapi, apabila direncanakan dan dilaksanakan secara sistematis, maka setidaknya semua itu bisa diminimalisir. Adapun strategi yang bisa dilakukan untuk mengatasi kekeliruan terhadap pemahaman dan penggunaan bahasa tersebut adalah adanya koordinasi antara pusat bahasa yang ada di daerah tertentu dengan masyarakat, misalnya dengan mengadakan pembinaan bahasa dalam bentuk seminar, pelatihan, dan kegiatan ilmiah lainnya.
            Di samping itu, Sekolah merupakan sasaran yang ideal untuk melakukan pembinaan bahasa, misalnya diadakan suatu pembinaan bahasa terkhusus untuk guru, sebab melalui sistem pendidikan dan pengajaran, seorang guru dapat menyampaiakan fakta-fakta kekeliruan penggunaan bahasa beserta alternatif perbaikannya. Selain itu, kekeliruan-keliruan yang telah biasa dilakukan tersebut bisa berhenti bahkan guru-guru pun bisa menyampaikan bahasa Indonesia yang baik dan benar kepada generasi penerus bangsa ini, sehingga kekeliruan-kekeliruan yang selama ini terjadi bisa berhenti, dan generasi penerus bangsa ini mulai memahami konseptual kebahasaan yang tepat.
            Namun demikian, pembinaan bahasa tersebut sebaiknya tidak hanya dilakukan pada ranah pendidikan saja. Instansi-instansi pemerinthan lainnya tentunya juga membutuhkan pembinaan bahasa, karena kekeliruan penggunaan bahasa Indonesia tersebut sudah merata di berbagai lapisan masyarakat. Jadi, tentunya semuanya membutuhkan pengawasan yang intensif guna terealisasinya perbaikan tersebut sehingga terwujudnya masyarakat Indonesia yang taat, cinta, dan paham terhadap kaidah penggunaan bahasa Indonesia.